Kurangi Impor, Anak Usaha Pertamina Garap Hilirisasi Petrokimia

PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), anak usaha PT Pertamina (Persero) mulai memproduksi orthoxylene di Kilang Tuban, Jawa Timur. Kapasitas produksinya 50.000 ton per tahun. Sesuai keinginan Presiden Jokowi, Indonesia harus mandiri produk petrokimia.
Direktur Utama PT Pertamina Petrochemical Trading, Deni Febrianto menuturkan Pertamina berkomitmen untuk menyalurkan bahan baku orthoxylene sebesar 30.000 MT sampai 40.000 MT pada Semester ke-2 tahun 2023 ini kepada PT Petrowidada.
“Dengan ketersediaan produk orthoxylene dalam negeri, Petrowidada akan lepas dari ketergantungan suplai impor, dan akan turut meningkatkan nilai tambah produk derivative-nya sehingga berdampak positif baik bagi Petrowidada, juga konsumen akhir phthalic anhydride (PA) mereka, serta masyarakat sekitar,” kata Deni, Jakarta, dikutip Rabu (5/7/2023).
Sejak 26 Juni 2023, produk orthoxylene sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Produk ini disalurkan ke konsumen strategis yakni PT Petrowidada. Di mana, orthoxylene merupakan produk derivatif petrokimia yang dianggap memiliki prospek keuntungan dan keberlanjutan yang menjanjikan. Orthoxylene adalah salah satu valuable produk dari unit 211 aromatic fraksionasi tanpa mengurangi produk Paraxylene.
Komisaris Utama PT Petrowidada, Bindra Setya Utama menyambut baik pasokan bahan baku domestik yang diproduksi Pertamina itu. Produksi orthoxylene ini sejalan dengan visi Indonesia Maju yaitu hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam.
“Dengan hilirisasi ini kami harapkan ketahanan industri kimia lokal semakin kompetitif. Dengan begini kan impor menurun, TKDN meningkat, yang sejalan dengan agenda Kementerian Perindustrian,” kata Bindra.
PT Petrowidada merupakan perusahaan yang bergerak di industri kimia yang sudah produksi sejak 1985. Sejak Juli 2021, manajemen Petrowidada dikendalikan pemegang saham baru, yaitu Eber Petrochemical Limited.
Selain itu, PT Petrowidada juga menjadi satu-satunya penghasil bahan kimia phthalic anhydride (PA) di Indonesia. Sehingga, tantangan banjirnya produk PA impor dari negara lain menjadi tantangan terbesar bagi perusahaan yang berada di bawah manajemen Eber Petrochemical Limited ini.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ignatius Warsito mengapresiasi keberhasilan Pertamina memproduksi petrokimia yang berdampak kepada turunnya impor bahan baku.
“Untuk itu saya ingin mengucapkan apresiasi sebesar-besarnya kepada PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang telah berhasil menjawab permasalahan pasokan bahan baku industri petrokimia domestik dengan mengaktifkan kembali produksi orthoxylene nasional,” ujarnya.
Peneliti di Alpha Research Database Indonesia, Ferdy Hasiman, mengatakan, langkah Pertamina memproduksi orthoxylene, merupakan progresif yang patut didukung. Langkah awal manajemen Pertamina yang mulai berpikir melakukan hilirisasi di sektor Petrokimia.
Ferdy menambahkan, masuk ke sektor petrokimia, bisa mendatangkan profit yang lebih besar bagi Pertamina dalam 5-10 tahun ke depan. Pertamina, sudah selayaknya memikirkan sektor bisnis yang lebih stabil dan menjanjikan ke depan, salah satunya pada sektor Petrokimia.
Pasalnya, kata dia, industri minyak yang selama ini menjadi core business Pertamina, lambat laun akan berkurang. Terlebih dengan adanya pergeseran ke arah industri yang ramah lingkungan. “Industri petrokimia cukup menjanjikan karena belum banyak pemain yang terlibat,” pungkasnya.
Iwan Purwantono