Biden Sesali Keputusannya Mundur dari Capres 2024, Yakin Bisa Kalahkan Trump

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang akan lengser menyatakan penyesalan atas keputusannya mundur dari pemilihan presiden tahun ini. Ia masih meyakini dapat mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan meskipun jajak pendapat tidak menguntungkan dirinya.
The Guardian melaporkan, mengutip sumber-sumber Gedung Putih, Biden juga mengakui bahwa ia melakukan kesalahan dalam memilih Merrick Garland sebagai jaksa agung. Ia berpendapat bahwa Garland, mantan hakim pengadilan banding, lambat dalam mengadiliTrump atas perannya dalam pemberontakan 6 Januari 2021.
Dengan sisa waktu tiga minggu masa jabatannya, refleksi Biden yang dilaporkan menunjukkan bahwa ia sekarang berpikir bahwa mengundurkan diri pada bulan Juli adalah sebuah kesalahan. Ia mengundurkan diri setelah penampilan debatnya kurang bersemangat melawan Trump dan mendapat tekanan dari Demokrat yang khawatir tentang data jajak pendapat menunjukkan potensi kekalahan dalam pemilihan umum.
Keluarnya Biden membuka jalan bagi Wakil Presiden Kamala Harris untuk menjadi calon dari Partai Demokrat. Meskipun pencalonan awalnya memicu antusiasme baru dan peningkatan jajak pendapat, ia akhirnya menderita kekalahan telak baik dalam Electoral College maupun suara rakyat.
Biden dan timnya terlihat berhati-hati untuk tidak menyalahkan Harris. The Washington Post menyatakan bahwa hasilnya mungkin berbeda jika ia tetap dalam persaingan. Namun, banyak pendukung Harris berpendapat bahwa Biden menunggu terlalu lama untuk mundur, sehingga Harris tidak punya cukup waktu untuk berkampanye secara efektif.
Mereka juga menunjukkan bahwa keputusan Biden mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua bertentangan dengan janjinya pada 2020 menjadi presiden “transisi”, yang hanya akan menjabat satu masa jabatan sebelum menyerahkan tongkat estafet kepada generasi pemimpin baru.
Sesalkan Penunjukkan Garland
Kekhawatiran Biden terhadap Garland khususnya patut dicatat, karena ia telah mencalonkannya sebagai jaksa agung setelah serangan di Gedung Capitol pada 6 Januari, dengan harapan dapat memulihkan “kehormatan, integritas, dan independensi” Departemen Kehakiman setelah masa jabatan Trump.
Menurut Post, Biden awalnya ragu untuk mencalonkan Merrick Garland sebagai jaksa agung dan harus dibujuk oleh kepala stafnya, Ron Klain. Garland dikenal karena pencalonannya yang gagal oleh Barack Obama ke Mahkamah Agung AS, yang diblokir Senat dipimpin Partai Republik.
Sekutu politik Biden, termasuk beberapa di Partai Demokrat, telah mendorong Doug Jones, mantan senator dari Alabama, dengan alasan bahwa ia akan lebih cocok untuk menavigasi iklim politik Washington yang terpolarisasi. Namun, Klain meyakinkan Biden bahwa Garland akan mengirimkan pesan yang lebih kuat untuk memulihkan independensi Departemen Kehakiman setelah masa jabatan Trump.
Meskipun demikian, Biden masih menghadapi tuduhan dari Trump bahwa ia “mempersenjatai” departemen tersebut. Ini terutama ketika departemen tersebut melakukan penyelidikan atas keterlibatannya dalam serangan Capitol pada 6 Januari dan penanganannya terhadap dokumen rahasia. Pada saat yang sama, departemen tersebut juga menyelidiki kasus Hunter Biden.
Biden kini yakin bahwa ia seharusnya memilih orang lain untuk posisi tersebut. Sentimen ini diamini banyak politisi Demokrat yang berpendapat bahwa Garland terlalu lambat untuk menyelidiki dan mengadili Trump atas perannya dalam peristiwa 6 Januari dan masalah terkait lainnya.
Lambatnya proses investigasi, yang akhirnya berujung pada penunjukan penasihat khusus Jack Smith, menyebabkan Trump terhindar dari tekanan politis lewat persidangan sebelum pemilihan tahun ini. Bulan lalu, Smith secara resmi berupaya menutup kedua kasus pidana terhadap Trump mengingat kemenangannya dalam pemilihan, yang secara efektif mengakhiri kasus tersebut.