Toko Roti dan Dapur Umum di Gaza Terancam Tutup Akibat Kekurangan Pasokan yang Parah

Gaza menghadapi bencana kelaparan setelah lebih banyak toko roti di daerah kantong itu tutup karena kekurangan tepung dan bahan-bahan lainnya akibat pengepungan Israel. Persediaan makanan pokok kemungkinan akan habis di Gaza dalam beberapa hari.
Kepala Jaringan Organisasi Non-Pemerintah Palestina di daerah kantong itu Amjad Shawa mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed, beberapa toko roti telah tutup, dengan perkiraan tepung dan kebutuhan pokok lainnya akan habis pada akhir Maret.
Bahan bakar yang dibutuhkan untuk menjaga toko roti tetap buka juga hampir habis, karena Israel telah menutup penyeberangan perbatasan ke Gaza selama empat minggu berturut-turut.
Shawa mengatakan kekurangan tersebut juga telah memaksa dapur amal untuk mengurangi jumlah jatah yang diberikan kepada warga Gaza, khususnya daging dan unggas, di antara persediaan lainnya.
Shawa juga memaparkan, petugas medis di Gaza sudah melihat peningkatan kasus kekurangan gizi dan anemia akibat terbatasnya makanan. Tindakan Israel ini jelas bertujuan untuk membuat orang-orang di daerah kantong itu kelaparan.
Awal bulan ini, Israel menghentikan pengiriman makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan ke sekitar 2 juta warga Palestina di Gaza. Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan Selasa bahwa 830 orang telah tewas dalam seminggu sejak Israel melanjutkan pemboman di wilayah Palestina, termasuk 62 orang dalam 24 jam terakhir.
Kementerian tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mencatat 792 orang martir dan 1.663 orang terluka sejak serangan dimulai kembali, sehingga jumlah total korban tewas sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 menjadi 50.144.
Jumlah korban tewas terpisah yang dirilis kantor media pemerintah Gaza pada Januari lalu, menyebutkan lebih dari 61.000 orang tewas akibat perang Israel di daerah kantong itu.
Bosan dengan Perang
Warga Palestina turun ke jalan di kota Beit Lahia di Gaza utara untuk mengecam perang yang sedang berlangsung. Orang-orang membawa spanduk bertuliskan “Hentikan perang”, “Kami menolak untuk mati”, dan “Darah anak-anak kami tidak murah”.
Beberapa orang terdengar meneriakkan: “Hamas keluar!” sementara rekaman video lainnya memperlihatkan para pendukung Hamas membubarkan kerumunan. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh para tetua keluarga dari Beit Lahiya menyatakan dukungannya terhadap protes terhadap serangan Israel dan blokade yang diperketat.
Mereka juga mengatakan bahwa masyarakat sepenuhnya mendukung perlawanan bersenjata terhadap Israel dan menolak setiap upaya untuk mengeksploitasi tuntutan rakyat yang sah oleh kelompok kelima, yang tampaknya merujuk pada para penentang Hamas.
Protes tersebut meletus seminggu setelah Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas dan melancarkan gelombang serangan mendadak yang menewaskan ratusan orang.