Service Quality Assurance Manager Telkomsel Trihan Marsudi mengungkapkan kalau pihaknya sudah memiliki strategi keamanan berlapis dalam menghadapi ancaman siber, khususnya yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Menurutnya, aspek keamanan siber di Telkomsel sudah menjadi prioritas sejak lama, bukan karena ramainya serangan berbasis AI saja.
“Security bukan hadir setelah adanya AI, tapi memang sudah menjadi bagian dari sistem dasar yang kami terapkan sejak lama,” ujar Trihan dalam acara Selular Award di kawasan Jakarta Barat, Senin (26/5/2025).
Telkomsel, lanjutnya, sangat menaruh perhatian terhadap keamanan sistem dan perlindungan data pelanggan. Salah satu bentuk keseriusan itu diwujudkan melalui auto-certification dan sertifikasi keamanan berskala internasional yang dijalankan secara rutin.
Baru-baru ini, kata Trihan, Telkomsel juga berhasil meraih sertifikasi Security Operation Center (SOC) dan Certified Network Management (CNM), dua standar internasional yang mengakui kesiapan sistem pertahanan digital sebuah perusahaan telekomunikasi dalam menghadapi potensi ancaman siber.
“Untuk memastikan semua threat ataupun malware ataupun serangan ke Telkomsel itu kita sudah antisipasi secara people, process, technology, tools, ataupun culture. Jadi memang, dan kita barusan juga sudah sertifikasi security operation center kami,” ucapnya.
“Sertifikasi SOC, CNM. Dan itu kami baru pertama di Asia yang lolos di situ. Jadi itu salah satu cara Telkomsel untuk memastikan bahwa security kami yang tadi di bilang itu kejar-kejaran,” katanya.
Seperti yang disinggung Trihan, serangan siber kini semakin canggih, terlebih dengan keterlibatan teknologi AI.
“Mereka juga sudah menggunakan robot-robot AI untuk melakukan serangan. Jenis serangannya pun bersifat sangat confidential dan makin sulit dideteksi,” ujarnya.
Karena itu, menurutnya, Telkomsel tidak bisa hanya mengandalkan sistem yang sudah ada. Pembaruan kemampuan, teknologi, dan pemahaman terus dilakukan agar tidak tertinggal.
“Dan itu mau enggak mau kami juga sebagai yang punya gawe (kerjaan) harus terus belajar. Kalau enggak gitu akan kelibas,” paparnya.
Selain persoalan ancaman serangan siber, Trihan juga menyinggung tantangan infrastruktur, terutama dalam mendukung implementasi AI di jaringan Telkomsel.
AI kata dia membutuhkan infrastruktur berat, seperti penyimpanan berbasis cloud yang besar, CPU yang oke, serta konektivitas internet yang stabil.
Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan keamanan serangan siber di era AI ini, kata dia, bukan lagi pekerjaan dari perusahaan atau institusi semata, sebab butuh kerja bersama.
“Di luar Pulau Jawa, kualitas internet memang masih belum semaksimal di Jawa. Tapi kami dari operator terus berusaha mengejar pemerataan itu. Hanya saja, ini pekerjaan lintas sektor, bukan hanya kami. Ada peran PLN dan pemerintah juga di situ,” ujarnya.
“Ini kerja bersama, demi memastikan keamanan digital yang kuat dan merata di seluruh Indonesia,” katanya memungkas.