Pembeli ponsel Samsung di AS akan segera mengalami penyesuaian harga. Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif 25 persen untuk produk ponsel yang dijual di AS dan tidak diproduksi di dalam negeri.
Android Headlines mencatat harga ponsel Samsung di AS bisa naik sekitar 30 hingga 40 persen dengan pemberlakuan tarif tersebut, dikutip Senin (26/5/2025).
Sebagai informasi, Samsung sama seperti Apple yang tak memiliki fasilitas manufaktur di AS. Artinya, ponsel Samsung dan iPhone yang dijual di AS merupakan ‘barang impor’ dari negara lain.
Android Headlines menyebut tarif 25 persen akan meningkatkan harga jual perangkat ponsel secara signifikan. Pasalnya, perusahaan biasanya membebankan biaya pajak tambahan kepada konsumen.
Ancaman ini terjadi di saat yang sangat menantang bagi Samsung di pasar AS. Meskipun Samsung merupakan salah satu brand ponsel paling laris secara global, tapi pangsa pasarnya di AS telah mengalami beberapa fluktuasi.
Menurut sumber Android Headlines, pangsa pasar ponsel Samsung di AS tercatat menurun dari 31 persen pada Q1-2024 menjadi 18 persen pada Q4-2024.
Potensi kenaikan harga sebesar 30-40 persen dapat membuat Samsung makin sulit mempertahankan keunggulan kompetitifnya terhadap para pesaing. Hal ini juga akan bergantung pada apakah para pesaing mampu menghindari tarif tersebut atau menyerapnya dengan lebih efektif.
Bagi konsumen, ini bukan sekadar masalah teoritis. Lonjakan sebesar ini dapat membuat pemutakhiran ke seri Galaxy S terbaru atau perangkat lipat (seri Fold dan Flip) baru menjadi jauh lebih mahal. Banyak yang mungkin mempertimbangkan kembali keputusan pembelian mereka atau mempertahankan perangkat mereka saat ini dalam waktu lebih lama.
Situasi ini menyoroti iklim bisnis ponsel saat ini yang kompleks karena potensi pengaruh tarif. Pengguna Samsung Galaxy di Amerika Utara harus mencermati perkembangan ini. Pembelian ponsel Samsung berikutnya mungkin akan jauh berbeda dari harga ritel saat ini.
Bukan hanya Samsung yang dihantui petaka tarif 25 persen dari pemerintah Trump. Apple juga mendapat ancaman serupa jika tak memindahkan manufakturnya dari China ke AS.
Trump mengatakan CEO Apple Tim Cook berencana memindahkan manufaktur iPhone dari China ke India. Namun, hal ini tak membuat Trump puas. Trump ingin menggenjot manufaktur domestik untuk membuka lapangan kerja bagi konsumen AS.
Namun, dengan ancaman tarif 25 persen untuk iPhone dan ponsel Samsung, masyarakat AS yang akan menanggung akibat dari pembelian perangkat dengan harga jauh lebih mahal.
Memindahkan produksi iPhone ke AS dikatakan dapat memakan waktu hingga satu dekade dan berpotensi mengakibatkan harga iPhone naik dan tembus US$3.500 (Rp56,7 jutaan) per unit, kata Dan Ives, seorang analis di Wedbush, dalam sebuah catatan penelitian.
Sebagai catatan, produk iPhone termahal saat ini dijual dengan harga sekitar US$1.200 (Rp19,4 jutaan).
“Kami percaya konsep Apple memproduksi iPhone di AS adalah dongeng yang tidak mungkin,” kata Ives, dikutip dari Reuters.