Belakangan ini, Jakarta dan sekitarnya tengah dilanda krisis polusi udara yang meresahkan. Dalam beberapa hari terakhir, kabut polusi menyelimuti Ibu Kota, mengancam kesehatan pernafasan masyarakat dan memicu kekhawatiran yang luas.
Di tengah kondisi yang semakin memburuk, berbagai cara kreatif pun mulai ditempuh untuk menekan dampak polusi yang mengkhawatirkan ini. Salah satu solusi yang mulai diterapkan adalah dengan meletakkan tanaman di halaman rumah. Beberapa tanaman hias dikenal memiliki kemampuan untuk menangkal radikal bebas polusi udara, menyerap kotoran, dan membersihkan udara di sekitarnya. Langkah sederhana ini menjadi bagian dari upaya masyarakat untuk melindungi diri dan lingkungan mereka dari ancaman yang tak terlihat ini.
Namun, upaya ini hanyalah sebagian kecil dari solusi yang diperlukan. Kualitas udara di Jakarta telah mencapai tingkat yang alarm, dengan konsentrasi Particulate Matter (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan. Material yang terkandung dalam PM2.5 bukan hanya mengganggu pernafasan, tetapi juga dapat menyebabkan berbagai penyakit serius. Dari infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) hingga kanker paru-paru, kardiovaskular, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis, ancamannya nyata dan mendesak.
Krisis ini menuntut respons yang lebih komprehensif dan terkoordinasi, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Sementara tanaman hias mungkin memberikan sedikit perlindungan, solusi jangka panjang harus ditemukan untuk mengatasi sumber polusi dan melindungi kesehatan masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Didik Setiawan
