Ulama Besar Turki Fethullah Gulen Meninggal di AS, Ini Profilnya

Ulama besar Turki Fethullah Gulen meninggal dunia di AS pada Minggu (20/10/2024) malam waktu setempat. Al Jazeera melaporkan Gulen meninggal dalam usia 83 tahun.
Kabar kematian Gulen langsung menjadi kabar nasional di Turki. Sebab, Gulen merupakan sosok fenomenal di negara mayoritas Islam yang menganut paham sekuler itu.
Profil Fethullah Gulen
Fethullah Gulen lahir di Provinsi Erzurum, Turki, pada 27 April 1941. Ia dikenal sebagai cendekiawan Muslim yang sangat berpengaruh di negaranya. Sebab, ia mendirikan lembaga yang sering melakukan bantuan-bantuan kemanusiaan bernama Hizmet.
Sebagai cendekiawan Muslim, Gulen sudah bisa membaca dan menghafal kitab suci Alquran sejak kecil. Selain itu, ia juga dikenal pandai dalam hal akademik. Oleh karena itu, ketika tumbuh besar, ia dijuluki ‘Hodjaefendi’ atau ‘Guru yang Dihormati’.
Gulen memulai perjalanannya sebagai ulama pada 1959. Saat itu, ia diangkat menjadi imam besar di masjid agung yang ada di Kota Erdine. Nama Gulen di Turki pun kian naik daun saat dirinya menjadi pendakwah besar pada awal 1960an.
Jadi Oposisi Erdogan
Mengutip Al Jazeera, Gulen pernah menjadi sekutu politik Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama beberapa tahun. Ia selalu menjadi orang di balik kesuksesan Erdogan selama memimpin Turki.
Namun, hubungan Gulen dan Erdogan mulai retak saat dirinya dituduh terlibat kasus korupsi pada 2013. Hubungan keduanya kemudian makin rusak lantaran Gulen diduga menjadi ‘otak’ di balik upaya kudeta Erdogan sebagai Presiden Turki pada 2016.
Ketika itu, Erdogan mengeklaim Gulen dan kelompok Hizmet telah bertanggung jawab dalam upaya kudeta terhadap dirinya. Erdogan juga menyebut organisasi tersebut seperti ‘kanker’ yang kala itu mengganggu stabilitas politik di Turki.
Meskipun kemudian gagal, upaya kudeta itu dilaporkan telah menewaskan sekitar 250 orang dan juga membuat Turki dilanda kerusuhan di mana-mana.
Usai gagal melakukan kudeta, lembaga Hizmet yang dipimpin Gulen pun dibubarkan oleh pemerintah Turki. Selain itu, ratusan sekolah, media, dan perusahaan yang diduga berafiliasi dengan organisasi tersebut juga ikut ditutup.
Meski dituding terlibat, Gulen menyangkal bahwa dirinya menjadi dalang dalam upaya kudeta 2016. Ia menilai tuduhan tersebut sebagai tuduhan tidak berdasar yang telah menurunkan martabat dan harga dirinya.
Selain itu, Gulen juga sangat mengutuk upaya kudeta tersebut. “Sebagai seseorang yang menderita berbagai kudeta militer selama lima dekade terakhir, sungguh menghina dituduh memiliki hubungan apa pun dengan upaya semacam itu,” kata Gulen, seperti dilansir The Strait Times.
Gulen sudah berada di AS untuk melakukan perawatan medis sejak lama. Ia menolak pulang ke Turki karena menghindari upaya penyelidikan pemerintah terhadap kasus kudeta 2016.