Pengepungan Israel di Gaza Utara Ancam Rumah Sakit Indonesia

Salah satu fasilitas perawatan kesehatan terbesar di Gaza utara, Rumah Sakit Indonesia berisiko ditutup dalam 48 jam ke depan di tengah penggerebekan baru di Tepi Barat. Rumah Sakit Kamal Adwan juga di Gaza utara juga terancam terhenti karena kekurangan bahan bakar dan sumber daya medis penting.
Direktur Rumah Sakit Indonesia Marwan al-Sultan, kepada Al Jaeera, kemarin mengatakan pencegahan bahan bakar dan pasokan medis penting memasuki fasilitas tersebut mengancam operasinya dan membahayakan nyawa pasien. “Ada kekhawatiran akan serangan militer baru di Tepi Barat di tengah gelombang serangan lain di wilayah yang diduduki dan terbunuhnya tiga warga Israel di perbatasan Yordania,” katanya.
Sebelumnya, seorang pengemudi truk melepaskan tembakan Minggu (8/9/2024) di perbatasan Israel antara Tepi Barat yang diduduki dan Yordania, menewaskan tiga penjaga Israel. Israel mengatakan “seorang teroris” mencapai area Penyeberangan Jembatan Allenby, yang juga dikenal sebagai Penyeberangan Raja Hussein, dengan sebuah truk dari Yordania.
Pengemudi “keluar dari truk dan melepaskan tembakan kepada pasukan keamanan Israel yang beroperasi di jembatan tersebut,” kata pernyataan militer. “Tiga warga sipil Israel dinyatakan tewas akibat serangan itu,” kata militer, kemudian mengklarifikasi bahwa mereka “bekerja sebagai penjaga keamanan” dan bukan bagian dari pasukan tentara atau polisi. Penyerang ditembak mati oleh pasukan, militer menambahkan.
Sementara itu Rumah Sakit Kamal Adwan juga di Gaza utara mengatakan operasinya dapat terhenti karena kekurangan bahan bakar dan kekurangan sumber daya medis penting. Berbicara kepada Al Jazeera, Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit tersebut, mengatakan rumah sakit dan ambulansnya tidak akan dapat beroperasi. Kekurangan bahan bakar di unit ICY dan neonatal dapat mengakibatkan kematian puluhan anak, dan anak-anak datang dalam kondisi “sangat” kritis akibat serangan Israel.
Operasi besar Israel di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki benar-benar memperburuk situasi yang sudah “mengerikan” di sana dan diperparah oleh kekerasan serius dari para pemukim. Membuka sidang Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Volker Turk mengecam meningkatnya kekerasan di Tepi Barat di tengah serangan besar-besaran Israel.
“Di Tepi Barat, operasi yang mematikan dan merusak, beberapa dalam skala yang belum pernah terjadi dalam dua dekade terakhir, memperburuk situasi yang sudah ada di sana, yang sudah diperburuk oleh kekerasan serius dari para pemukim,” ungkap Turk kepada dewan.
Pasukan atau pemukim Israel telah menewaskan sedikitnya 662 warga Palestina di Tepi Barat, menurut kementerian kesehatan Palestina.
Perang Gaza memasuki bulan ke-12 tanpa ada tanda-tanda bahwa serangan Israel yang membabi buta di wilayah itu akan berakhir. Israel terus menunda negosiasi gencatan senjata yang akan menukar tawanan Israel yang ditahan Hamas dengan tawanan Palestina, dan bersikeras mempertahankan pasukan secara permanen di koridor Philadelphia yang memisahkan Gaza dari Mesir.
Hamas menolak kehadiran pasukan Israel di Jalur Gaza dan menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari wilayah tersebut. Sekitar 750.000 warga Israel memprotes pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Sabtu malam, menuntut kesepakatan gencatan senjata segera.