
INILAHSULSEL.COM – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdkbud) Kabupaten Sidrap mempersembahkan opsi pembelajaran daring atau online bagi 40 siswa di Kecamatan Pitu Riase, yang terpaksa belajar di tenda darurat karena jembatan menuju sekolah terputus akibat banjir. Pihaknya tidak ingin memaksakan siswa belajar tatap muka di tenda.
“Kami memperhatikan kondisi siswa, guru, dan sekolah. Oleh karena itu, kami memberikan pilihan kepada siswa untuk belajar tatap muka jika memungkinkan, atau menggunakan sistem online atau daring bagi yang tidak dapat bertemu tatap muka,” kata Kepala Dikbud Sidrap, Faizal Sehuddin, Kamis (9/5/2024).
Faizal menjelaskan bahwa salah satu sekolah yang menerapkan sistem daring untuk pembelajaran adalah siswa yang berada di Dusun Loka-lokae, Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase. Sekitar 20 siswa SMP dan 20 siswa SMA belajar di tenda darurat yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sidrap.
“Kalau memungkinkan, guru dapat mengunjungi tenda untuk tatap muka, atau menggunakan metode daring. Pemerintah daerah telah menyiapkan paket kuota untuk daring karena, alhamdulillah, jaringan di lokasi setelah kami cek terbilang baik, sehingga dapat digunakan untuk pembelajaran daring,” jelasnya.
Dia juga menyebutkan bahwa di beberapa sekolah, siswa terpaksa belajar di rumah guru mereka yang berdekatan dengan sekolah. Meskipun ruang kelas sudah dibersihkan, namun akses jalan ke sekolah masih sulit karena masih berlumpur.
“Kondisi sekolah secara keseluruhan sudah 80 persen baik. Ruang kelas sudah dibersihkan, tetapi di sekitar lapangan masih berlumpur. Namun, ada beberapa sekolah di mana akses jalan menuju sekolah masih sulit dilalui siswa karena lumpur, sehingga kami arahkan mereka untuk belajar di rumah guru yang dekat dengan tempat tinggal mereka,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, pelajar dan siswa di Desa Botto, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidrap, terpaksa tak bisa mengikuti pelajaran di sekolah akibat jembatan desa yang menghubungkan sekolah putus diterjang banjir sejak Jumat (3/5/2024) lalu.
Hingga Senin (6/5/2024), sebagian anak sekolah hanya bermukim di rumah masing-masing sambil menunggu kemungkinan adanya perbaikan jembatan di desa itu.
“Ada puluhan peserta didik jenjang TK hingga SMA terancam tidak bisa mengikuti proses belajar mengajar karena rusaknya akses tersebut,” ungkap Pj. Sekda Sidrap, Muhammad Yusuf DM.
Karena itu, pemerintah daerah menginstruksikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat untuk mendirikan sekolah darurat di desa tersebut.
“Kami berinisiatif untuk mendirikan sekolah darurat ini agar anak-anak kita tetap bisa belajar,” ujar Yusuf DM.