Kardus Isi Santan Kemasan tak Seberat Beban Sri Yanto, Pedagang Sembako Pasar Cipete


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen yang katanya hanya menyasar barang dan jasa mewah, nyatanya berdampak kepada harga bahan pangan. Bukan hanya konsumen yang kena, pedagang pasar pun merasakan getahnya.

Minggu sore (5/1/2025), Sri Yanto (45), seorang pedagang sembako di Pasar Cipete, Jakarta Selatan, terlihat sibuk menyeka peluh yang mengucur tiada henti.

Rupanya dia tengah beristirahat sejenak, setelah mengangkut puluhan kardus berisikan santan kelapa dalam kemasan. Cukup berat. Masih tersisa puluhan kardus yang belum terangkut.

Sambil menikmati rokok murahan, dia mengipas-ngipaskan kaus digulung ke badannya. sesekali mengenai wajah.  Mungkin untuk mengobati badan yang merasa kegerahan.

Merasa istirahat sudah cukup, Sri Yanto melanjutkan aktivitas. Sebelum gelap, seluruh kardus itu harus sudah masuk ke toko.

Beratnya memindah kardus tak seberat kenyataan hidup yang harus dijalani saat ini. Harga-harga barang naik tak bisa diduga. Sementara pembeli jumlahnya semakin susut.

Kepada Inilah.com, dia tak memungkiri bahwa kenaikan harga barang akhir-akhir ini, sering membuatnya kaget. Kenaikan harga bisa terjadi tiap jam bahkan detik. Ini yang membuat pedagang sering tekor.

Dia contohkan harga santan kelapa siap pakai bermerek Kara yang akrab di mata emak-emak, kenaikan harganya di luar perkiraan.

“Dulu saya beli santan Kara sedus cuma Rp105 ribu sekarang jadi naik Rp140 yang isi sedus isinya 36 kotak. Terpaksa jual sekarang satuannya dari Rp2,5 ribu jadi Rp4 ribu,” ucapnya.

Mau dijual mahal, jelas tak mungkin. Bisa jadi langganannya lari ke toko lain. Apalagi saat ini, orang yang belanja sembako di pasar semakin sedikit. Mereka pun semakin cerdas berburu barang murah dengan kualitas lumayan.

Tak mungkin juga Sri Yanto menang bersaing dengan ritel-ritel modern yang bertebaran hingga pinggiran kota. Atau berkompetisi dengan aplikasi belanja daring yang biasa memasang harga obral.

Namun, pria asal Pekalongan, Jawa Tengah ini, meyakini bahwa rezeki sudah ada yang mengatur. Hanya satu yang membuatnya masih belum menemukan jawabnya.

“Katanya PPN 12 persen hanya untuk barang mewah. Kenapa harga barang pada naik semua ya? Pasar semakin sepi. Mudah-mudahan tahun ini ada perubahan,” harapnya.

 

 

Exit mobile version