Sebuah kapal sipil yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza menjadi target serangan drone pada Jumat pagi (2/5/2025) ketika melintasi perairan internasional dekat pulau Malta. Hal itu diungkapkan oleh Freedom Flotilla Coalition.
“Pada pukul 00.23 waktu Malta (05.23 WIB), kapal Freedom Flotilla menjadi target serangan drone. Bagian depan kapal menjadi target sebanyak dua kali, yang menyebabkan kebakaran di lambung kapal,” sebut koalisi itu.
Pernyataan tersebut juga menjelaskan bahwa saat ini kapal berada di perairan internasional dekat Malta, dan telah mengirimkan sinyal SOS.
Koalisi menyebutkan pemerintah Malta belum merespons sinyal SOS yang telah dikirimkan kapal kemanusiaan sipil tersebut.
Koalisi meminta Malta untuk memenuhi kewajiban untuk mengambil tindakan dan memastikan keamanan kapal sipil yang mengalami bahaya di wilayahnya, sebagaimana diharuskan oleh hukum maritim internasional.
Armada tersebut dilaporkan sedang melakukan perjalanan ke Gaza membawa bantuan kemanusiaan dalam upaya melawan blokade Israel.
Sumber serangan drone tersebut belum dikonfirmasi.
Sementara itu, lebih dari 90 persen penduduk Gaza menderita kekurangan pangan akut, dengan 65 persen lainnya tanpa akses air minum bersih. Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza Munir al-Barash.
Munir menilai situasi saat ini memungkinkan PBB untuk mengakui Jalur Gaza sebagai zona kelaparan.
“Sekitar 91 persen penduduk Gaza menghadapi kekurangan pangan kritis, sementara 65 persen lainnya tidak memiliki akses ke air minum bersih. Sekitar 92 persen anak dan ibu menyusui juga menderita kekurangan pangan akut yang secara langsung mengancam kehidupan mereka, katanya kepada Kantor Berita Anadolu, Kamis (1/5/2025).
Ia mendesak PBB agar secara resmi mengakui Jalur Gaza sebagai zona kelaparan.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Kamis mendesak organisasi kemanusiaan dan medis serta pegiat di seluruh dunia untuk mengelar kampanye selama sepekan guna mendukung anak-anak Palestina di zona perang.
Kemenkes juga meminta lembaga medis agar mengirim tim darurat, obat-obatan, pertolongan pertama dan juga perlengkapan kesehatan lainnya ke Gaza dan menekan pemerintah serta organisasi internasional supaya menghentikan blokade di wilayah kantong tersebut.
Menurutnya, lebih dari 2.300 orang tewas dan 6.000 lebih lainnya terluka di Gaza sejak 18 Maret.
Pada saat itu Israel kembali menggempur Jalur Gaza, dengan alasan karena kelompok perjuangan Palestina, Hamas, menolak skema AS untuk memperpanjang gencatan senjata, yang berakhir pada 1 Maret.
Tak hanya itu, Zionis Israel juga memutus pasokan listrik ke pabrik desalinasi di Jalur Gaza dan menutup akses masuk bagi truk yang membawa bantuan kemanusiaan.