Gagal Penalti di Final Liga Champions Lawan Chelsea, Schweinsteiger: Saya Masih Ingat Sakitnya

Legenda sepak bola Jerman, Bastian Schweinsteiger, menghidupkan kembali memori pahit kekalahan Bayern Munchen di final Liga Champions 2012 saat membawa trofi “Si Kuping Besar” ke Jakarta dalam rangkaian UEFA Champions League Trophy Tour di ASHTA District 8, Jakarta, Senin (14/4/2025).
Di hadapan publik Indonesia, Schweinsteiger menyinggung kekalahan menyakitkan dari Chelsea dalam laga final yang digelar di kandang sendiri, Allianz Arena, lebih dari satu dekade lalu.
“Kalau saya berusia 20 tahun sekarang, mungkin satu hal yang akan saya ubah adalah cara saya menendang penalti melawan Chelsea. Mungkin itu saja,” ucap Schweinsteiger sambil tersenyum, memancing tawa para hadirin.
Pada laga final Liga Champions musim 2011/2012 itu, Bayern harus menyerah lewat drama adu penalti setelah bermain imbang 1-1 hingga babak tambahan. Schweinsteiger menjadi salah satu algojo yang gagal, membuat Chelsea mengangkat trofi untuk pertama kalinya—di tengah ribuan pendukung Bayern di tanah kelahirannya.
“Kalah di final Liga Champions di kota sendiri… rasanya benar-benar berbeda,” katanya lirih.
Schweinsteiger mengakui luka kekalahan itu begitu dalam, sampai-sampai lagu tema Liga Champions pun membangkitkan kenangan getir. Namun satu musim berselang, Bayern akhirnya membalas dendam. Mereka menaklukkan Borussia Dortmund 2-1 di final Liga Champions 2013 di Wembley, London.
“Rasa sakit itu masih kami bawa di setiap pertandingan Liga Champions setelahnya. Tapi ketika akhirnya kami memegang trofi itu, baru rasa sakitnya hilang,” kenangnya.
Mantan gelandang berusia 40 tahun itu juga berbagi refleksi tentang kariernya setelah pensiun. Ia merasa bersyukur masih bisa dekat dengan dunia sepak bola, meskipun menyelipkan guyonan ringan soal hal-hal kecil yang ia sesali.
“Kalau bisa kembali ke usia 20, mungkin saya akan makan sosis Jerman lebih sedikit. Tapi, susah sekali menolak… Mungkin cukup satu atau dua lebih sedikit,” ujarnya berseloroh.