Harga kelapa parut meroket sejak Lebaran 2025 mencapai Rp20.000 hinga Rp25.000 per butir. Suri, seorang pedagang di Pasar Parung, Bogor, mengungkapkan penyebab kenaikan harga ini karena banyak kelapa yang di ekspor ke China. Walhasil, kebutuhan dalam negeri terbatas dan menyebabkan harga tinggi.
“Sekarang kelapa di ekspor. Kalau enggak di ekspor, enggak kaya gini mahalnya (harga kelapa). Di ekspor ke China buat campuran susu,” ujar Suri saat ditemui inilah.com, di Pasar parung, Bogor, Minggu (20/4/2025).
Suri mengatakan biasanya dia mengambil kelapa dari daerah Pandeglang, Banten untuk dijual kembali. Modal yang dikeluarkan mencapai Rp12.000 per butir dari yang biasanya hanya Rp4.000 per butir. Sehingga dia harus menjual kembali dengan harga tinggi berkisar Rp15.00-Rp20.000 per butir.
“Kelapa yang besar sekarang Rp20.000 kalau yang kecil Rp15.000,” ucapnya.
Belakangan dia menyebut banyak pedagang kelapa yang gulung tikar akibat melonjaknya harga.
“Sekarang pengecer-pengecer (kelapa parut) yang ada di kampung, banyak enggak kuat buat jualan lagi karena modalnya susah,” tutur Suri.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengakui penyebab harga kelapa bulat mengalami kenaikan cukup tinggi karena ekspor kelapa lebih tinggi dari kebutuhan di dalam negeri sehingga pasokan di dalam negeri semakin terbatas dan menyebabkan harga meroket.
Budi menyampaikan Kementerian Perdagangan akan mempertemukan pelaku industri kelapa dengan eksportir kelapa untuk merumuskan kesepakatan agar tidak ada yang dirugikan.
Tak hanya itu, Kemendag juga akan mempertemukan pengusaha dan eksportir dengan para petani.
“Kami sudah menemukan industri dan eksportir kelapanya. Semoga nanti ada kesempatan yang lebih baik. Karena di dalam negeri juga ada kebutuhan, tetapi harga tentunya juga kalau murah petani kan tidak mau. Jadi nanti kami cari kesepakatan yang lebih baik,” ujar Budi