Rosan Klaim Investor Maklumi Pelemahan Rupiah, Masih di Level Acceptable


Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani mengungkap respons investor terhadap pelemahan rupiah yang dinilai masih wajar. Menurutnya, hal ini yang membuat investasi di Indonesia terus membaik.

“Feedback-nya ke kita itu (rupiah) masih on the range yang acceptable buat mereka,” kata Rosan kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (23/4/2025).

“Jadi investasi masih bisa berjalan,” ucapnya menegaskan.

Hal ini, kata Rosan, bisa terlihat dari realisasi investasi pada tiga bulan pertama di tahun 2025 mencapai Rp465,2 triliun atau 24,4 persen dari target tahun 2025 sebesar Rp1.905,6 triliun. Sementara realisasi investasi asing mencapai Rp230,4 triliun atau sebesar 49,5 persen.

Karena adanya tolak ukur tersebut, Rosan menyatakan para investor sudah memiliki nilai risiko yang akan mereka hadapi. Dan jika perhitungan menunjukkan minim risiko, maka bukan tidak mungkin mereka menanamkan modalnya di Indonesia.

“Jadi mereka selama range-nya masih acceptable mereka berinvestasi dan itu yang mereka lakukan karena mereka pasti melakukan assessment risk tersendiri termasuk salah satu resiko dari pergerakan dari mata uang,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Pembukaan perdagangan Selasa (22/4/2025), rupiah dibuka melemah 0,33 persen menjadi Rp16.862. Dalam penutupan sehari sebelumnya menyentuh level Rp16.807. Ada apa gerangan?

Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra menduga, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang dibuka melemah, dipicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap perkembangan ekonomi global. Salah satu biang keroknya adalah kebijakan ‘gila’ Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

“Pagi ini nilai tukar regional bergerak melemah terhadap dolar AS (Amerika Serikat). Kelihatannya konsolidasi terjadi lagi, pasar masih khawatir dengan masa depan ekonomi global karena kenaikan tarif Trump meskipun Trump sudah melakukan relaksasi dan membuka negosiasi,” kata Ariston, di Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS) baru sehari mengumumkan adanya kenaikan surplus neraca perdagangan pada Maret 2025 sebesar US$4,33 miliar. Pada bulan sebelumnya, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$3,12 miliar.

Berdasarkan catatan BPS, surplus pada Maret adalah ke-59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus ini ditopang komoditas nonmigas dengan surplus perdagangan senilai US$6 miliar.

Exit mobile version