News

Polandia Bunyikan Peringatan, Eropa sudah Diserang Rusia!


Menteri Luar Negeri Polandia Radosław Sikorski telah membunyikan peringatan atas serangan multifaset Rusia terhadap keamanan Eropa. Ia dengan tegas mengatakan bahwa Eropa sudah diserang oleh Rusia.

Dalam wawancara dengan kantor berita Jerman DPA di Berlin, Sikorski menguraikan berbagai taktik hibrida yang digunakan Moskow, termasuk pembunuhan politik, perang dunia maya, sabotase, dan tindakan pembakaran. 

Polandia memegang jabatan Presiden bergilir Dewan Uni Eropa mengambil alih dari Hongaria untuk paruh pertama 2025. Dalam enam bulan ke depan, Polandia dijadwalkan menjadi tuan rumah bagi lebih dari 300 pertemuan resmi, termasuk 22 dewan informal menteri Uni Eropa. 

Mengutip Eurasian Times, kemarin, Sikorski menekankan bahwa keamanan akan menjadi fokus utama selama periode ini. Ia menyatakan keyakinannya bahwa peringatan lama Polandia tentang ancaman yang ditimbulkan Rusia telah terbukti benar karena negara tersebut menghadapi tantangan semakin besar yang berasal dari taktik agresif Moskow. 

Dengan invasi Rusia ke Ukraina yang kini mendekati tahun ketiga, Sikorski menunjuk serangkaian insiden meresahkan yang telah terjadi di seluruh Eropa. Ia menyoroti insiden pembunuhan yang terkenal pada 2019 di Berlin, di mana seorang mantan komandan Chechnya diduga ditembak mati agen Rusia, bersama dengan pembunuhan politik yang dilaporkan di Inggris. Ia menganggap insiden ini sebagai bagian dari strategi Rusia yang lebih luas untuk mengacaukan benua tersebut. 

Baca Juga:  Usut TPPU SYL, KPK Periksa Pejabat BPK

Sikorski juga merujuk pada serangkaian serangan sabotase di negara-negara seperti Ceko, Lithuania, dan Polandia, dengan mencatat pola pembakaran, ancaman, dan penghancuran infrastruktur penting.

“Serangan Rusia terhadap keamanan Eropa juga telah terjadi secara daring selama bertahun-tahun,” imbuh Sikorski. Ia lebih lanjut mengutip campur tangan dalam referendum Brexit sebagai contoh utama upaya Rusia memanipulasi proses politik Eropa.

Sikorski memperingatkan bahwa peristiwa di Rumania, di mana putaran pertama pemilihan presiden dibatalkan menyusul kemenangan tak terduga seorang kandidat pro-Rusia, harus dilihat sebagai peringatan keras. Menurut Sikorski, seseorang mendanai kampanye media sosial atas nama kandidat ini.

Menteri tersebut juga mencatat bahwa tantangan yang terus berlanjut yang dihadirkan oleh “migran bersenjata” di perbatasan timur Polandia tetap menjadi masalah kritis dan menggambarkan situasi tersebut sebagai “operasi hibrida yang dirancang Rusia dan Belarus.” 

Perang Hibrida Rusia Melawan Eropa

Masih menurut Eurasian Times, selama bertahun-tahun, NATO secara konsisten menuduh Kremlin terlibat dalam perang hibrida melawan negara-negara Eropa, sebuah taktik yang bertujuan untuk mengganggu stabilitas masyarakat melalui berbagai tindakan rahasia seperti kampanye disinformasi, peretasan, serangan siber, dan campur tangan pemilu.

Baca Juga:  PPSU Cukup Lulusan SD Tanpa Batas Minimum Usia, Pramono Jangan Pekerjakan Anak di Bawah Umur

Tindakan-tindakan ini, dalam beberapa tahun terakhir, dimaksudkan untuk melemahkan tekad Eropa dan mendorong mereka untuk mengurangi dukungan militer terhadap Ukraina. Sifat dan cakupan serangan-serangan ini kini semakin jelas terlihat seiring dengan pola perang hibrida yang terus berkembang di seluruh benua.

Pejabat Barat juga telah menunjuk keterlibatan Rusia dalam serangkaian serangan pembakaran yang menargetkan infrastruktur di negara-negara seperti Polandia, Inggris, Republik Ceko, Jerman, Lithuania, dan Latvia. Selain itu, otoritas Jerman dan AS sebelumnya menggagalkan rencana Rusia untuk membunuh Armin Papperger, CEO Rheinmetall, produsen senjata Jerman yang penting dalam memasok peluru artileri ke militer Ukraina.

Menurut laporan, bentuk peperangan ini telah berkembang di bawah arahan Jenderal Rusia Valery Gerasimov, yang saat ini menjabat sebagai kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia. Taktik ini mengandalkan cara agresi tidak langsung yang dirancang untuk mengacaukan dan mengganggu daripada terlibat dalam konfrontasi militer tradisional. 

Baca Juga:  Kota Wisata Tolak Transjabodetabek, Dishub DKI Pasrah

Di sisi lain, negara-negara Uni Eropa dan NATO telah mencari cara untuk melawan, dengan sanksi sebagai salah satu alat utamanya. Pada Oktober, Uni Eropa menetapkan kerangka sanksi baru menargetkan individu dan entitas yang terlibat dalam aktivitas perang hibrida Rusia. 

Ini termasuk tindakan menargetkan mereka yang terlibat dalam campur tangan pemilu, sabotase, disinformasi, serangan siber, dan penggunaan migran sebagai alat politik. Sanksi dapat mencakup pembekuan aset dan larangan bepergian. 

Pada 14 Januari, NATO juga meluncurkan Operasi Baltic Sentry untuk mencegah upaya lebih lanjut untuk merusak infrastruktur bawah laut yang penting di Laut Baltik. Baru-baru ini, menyusul meningkatnya penampakan pesawat tak berawak yang mencurigakan, Jerman menyetujui amandemen memberikan militernya kewenangan untuk menembak jatuh pesawat tak berawak yang terdeteksi di atas infrastruktur penting atau lokasi militer.

Polandia, khususnya, telah terang-terangan menentang campur tangan Rusia. Pengalaman historis Polandia dengan agresi Rusia telah menjadikannya sebagai negara pendukung setia sikap keras Eropa terhadap Moskow. 

Back to top button