3 Wisata Religi Wajib Dikunjungi di Sulawesi Selatan

INILAHSULSEL.COM – Bulan Ramadan merupakan momen istimewa bagi umat Muslim untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Di Sulawesi Selatan, momen ini tak hanya diwarnai dengan ibadah dan tradisi spiritual, tetapi juga menjadi kesempatan untuk menjelajahi berbagai tempat wisata religi yang memukau.
Sulawesi Selatan, dengan kekayaan budayanya, memiliki berbagai tempat wisata religi yang menarik untuk dikunjungi. Dari masjid bersejarah hingga makam wali songo, berikut adalah tiga destinasi wisata religi di Sulawesi Selatan yang wajib dikunjungi selama bulan Ramadan:
Masjid 99 Kubah
Menjulang megah di kawasan Center Point of Indonesia (CPI), Masjid 99 Kubah telah menjadi ikon baru wisata religi di Makassar. Arsitekturnya yang unik dan perpaduan warna cerah, seperti merah, kuning, dan jingga, menarik perhatian setiap pengunjung yang datang.
Sesuai namanya, masjid ini memiliki 99 kubah yang melambangkan 99 nama Allah atau Asmaul Husna. Kemegahan masjid ini semakin terlihat dengan interiornya yang dihiasi kaligrafi dan lampu gantung yang indah.
Tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid 99 Kubah juga menjadi destinasi wisata religi favorit di Makassar. Lokasinya yang strategis, berhadapan dengan Pantai Losari, memberikan panorama matahari tenggelam yang menakjubkan. Pengunjung dapat menikmati keindahan masjid sambil bersantai di taman atau berfoto dengan latar belakang kubah-kubah berwarna-warni.
Makam Syekh Yusuf Tajul Khalwati
Terletak di Kampung Lakiung, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Makam Syekh Yusuf Tajul Khalwati menjadi salah satu wisata hidden gem di Gowa. Di balik tembok tinggi dan gerbang berukir indah, terdapat kompleks makam yang tertata rapi dan asri.
Syekh Yusuf Tajul Khalwati, atau dikenal pula sebagai Syekh Yusuf al-Makassari, merupakan ulama dan pejuang Islam yang dihormati di Indonesia dan Afrika Selatan. Ia dikenal sebagai seorang ulama, pemimpin agama, dan pejuang yang berperan aktif dalam perlawanan melawan kolonialisme Belanda pada abad ke-17. Syekh Yusuf digelari Tuanta Salamaka ri Gowa oleh pendukungnya di kalangan rakyat Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1644, Syekh Yusuf melakukan perjalanan ke Hindia Belanda dengan tujuan menyebarkan ajaran Islam. Beliau adalah seorang sahabat dekat dari Sultan Ageng Tirtayasa (Abdul Fatah) dari Kesultanan Banten. Untuk mempererat ikatan dengan Sultan Ageng, Syekh Yusuf menikahi putri Sultan tersebut. Dari pernikahannya ini, Syekh Yusuf dikaruniai dua putra bernama Pangeran Purbaya dan ‘Abd al-Qahhar.
Namun, pada tahun 1683, Belanda menyerbu dan menguasai Kesultanan Banten. Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Tanjung Kaap de Goede Hoop, yang kini dikenal sebagai Cape Town, di Afrika Selatan, bersama dengan keluarganya dan beberapa pengikutnya. Meskipun dalam pengasingan, Syekh Yusuf terus berjuang untuk mempertahankan ajaran Islam serta semangat perlawanan terhadap penjajah.
Pada tahun 1705, atas permintaan Sultan Gowa ke-19, I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone, jenazah Syekh Yusuf dibawa pulang ke Gowa dan dimakamkan di Lakiung, kampung halamannya.
Taman Makam Pahlawan Panaikang
Taman makam ini terletak di jalan Taman Makam Pahlawan, Panaikang, Makassar, Sulawesi Selatan. Didirikan pada tahun 1950, Taman Makam Pahlawan Panaikang menjadi saksi bisu perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Taman ini memiliki luas sekitar 5 hektar dan di dalamnya terdapat sekitar 1.000 makam pahlawan, baik dari masa perjuangan kemerdekaan maupun dari masa operasi militer lainnya.
Taman Makam Pahlawan Panaikang memiliki beberapa daya tarik yang menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata religi yang populer di Makassar, terutama di bulan Ramadhan.