Market

Kasus Roda Aus LRT Jabodebek, DPR Minta BPK Lakukan Total Audit

Terkait ausnya roda 18 rangkaian kereta atau trainset LRT Jabodebek, layak dipertanyakan. Belum 3 bulan beroperasi, rodanya kok bermasalah. Jangan-jangan ada korupsinya?

Anggota Komisi VI DPR, Amin Ak mendesak agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit menyeluruh terkait proyek pembangunan LRT Jabodebek.

Langkah ini, kata politikus PKS itu, sangat penting. Untuk memastikan apakah penyebab dari rontoknya roda LRT Jabodebek yang terbuat dari baja itu. Apakah ada yang salah dari desain atau bahan, sehingga terjadi keasusan.

“Audit diperlukan untuk mengetahui kualitas trainset LRT, apakah sudah sesuai standar atau belum. Selama ini, PT INKA sudah berpengalaman memenuhi permintaan trainset LRT bagi negara lain, yang tentu saja dari sisi kualitas harusnya sudah terjamin,” tegas Amin dalam keterangan yang diterima inilah.com di Jakarta, Kamis (2/11/2023).

Baca Juga:  Prabowo Siap Kirim Tim Negosiasi ke AS untuk Tawar-menawar Tarif Trump

“Kalau kemudian ditemukan masalah dengan standar LRT Jabodebek, maka ini mencoreng reputasi anak bangsa dalam inovasi dan teknologi, khususnya transportasi umum,” sambungnya.

Ia juga menilai, audit diperlukan untuk dapat mengetahui apakah ada masalah dengan kualitas bahan bakunya atau proses pengerjaannya.

“Jika terbukti ada pengurangan kualitas bahan, maka ini harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dan penyelidikan faktor-faktor penyebabnya. Saya khawatir ada praktik rente dalam pengadaan trainset LRT Jabodebek, sehingga kualitasnya tidak memenuhi standar,” terangnya.

Manajer Humas KAI Divisi LRT Jabodebek, Kuswardojo mengatakan, 18 trainset LRT Jabodebek harus antri masuk bengkel. Karena rodanya mengalami aus luar biasa, harus dilakukan pembubutan.

Celakanya, mesin bubut yang tersedia di bengkel LRT Jabodebek, hanya 1 unit. Padahal, proses pembubutan roda kereta ringan tanpa masinis itu, perlu seminggu.

Baca Juga:  Fokus pada Berkelanjutan Fundamental Kinerja, Ini Strategi BRI Untuk Tumbuh

Menurut Kus, tingkat keausan roda LRT Jabodebek sudah mendekati ambang batas 8 milimeter (mm). Untuk proses bubut roda, hanya bisa dikerjakan di bengkel LRT. Karena mesin bubutnya berbeda dengan kereta biasa (konvensional).

Di mana, kereta konvensional menggunakan roda dengan lebar jalur 1.067 mm. Sementara, LRT Jabodebek menggunakan roda dengan lebar jalur standar internasional, yakni 1.435 milimeter.

“Kami sudah bersurat ke Kemenhub terkait kondisi-kondisi ini dan juga permintaan untuk menambah mesin bubut,” kata Kuswardojo.

Masalah makin rumit, karena jumlah traniset LRT Jabodebek yang beroperasi hanya 9 rangkaian kereta. Normalnya, LRT Jabodebek menjalankan 16 rangkaian kereta setiap hari. Melayani 234 perjalanan di seluruh stasiun LRT Jabodebek.

Baca Juga:  Punya Kinerja Moncer, Bank BJB Tunjuk Bossman Mardigu dan Helmy Yahya Masuk Jajaran Komisaris

Karena hanya 9 trainset yang beroperasi, mengurangi 103 perjalanan. Dampaknya kepada waktu tunggu LRT Jabodebek atau headway, semakin lama. Minimal 40 menit. Padahal, normalnya 17-20 menit.  Masalah berat kereta ringan.
 

Back to top button