Google Veo 3 Dinilai Bisa Picu Hoaks dan Deepfake, Pakar Tekankan Masyarakat Jangan Mudah Percaya

Teknologi kecerdasan buatan (AI) terus berkembang pesat. Salah satu inovasi yang cukup menarik perhatianĀ adalah Google Veo 3, sebuah model AI yang mampu menghasilkan video berkualitas tinggi hanya dari perintah teks.
Namun, kehadiran teknologi tersebut menimbulkan kekhawatiran terkait penyalahgunaan untuk membuat hoaks visual dan konten deepfake yang sulit dikenali.
Menanggapi potensi tersebut, pakar keamanan siber dan IT, Alfons Tanujaya, menilai kekhawatiran terhadap penyalahgunaan teknologi seperti Google Veo 3 memang beralasan.
Alfons tak menampik teknologi ini membawa potensi penyalahgunaan serius. Dengan kecanggihan Veo 3, pembuatan konten bohong atau manipulatif bisa dilakukan dengan sangat realistis.
āKalau Veo 3 ini nantinya diakses bebas, artinya pembuatan konten bisa dilakukan dengan sangat mudah dan hasilnya sangat baik. Negatifnya, kalau ada berita bohong, bisa dibuat videonya dengan sangat meyakinkan dan sulit dibedakan dengan yang asli,ā ungkap Alfons kepada Inilah.com, Kamis (29/5/2025).
Untuk itu, Alfons menekankan pentingnya literasi digital sebagai langkah antisipatif demi melindungi masyarakat akan paparan informasi bohong.
āMasyarakat harus disadarkan untuk tidak mudah percaya dengan konten apapun yang disebarkan. Cara memverifikasi sangat mudah dan tidak perlu jago IT,ā ungkapnya.
Selain itu, kata Alfons, hal ini juga diperlukan kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Sebagai langkah sederhana, ia menyarankan publik untuk selalu mengecek apakah sebuah konten sudah diberitakan oleh media terpercaya.
āSebelum mempercayai konten dari TikTok, Instagram, WhatsApp forward, atau medsos lainnya, pastikan dulu apakah konten tersebut ada di media yang kredibel. Jika tidak ada, hati-hati! Jangan langsung percaya apalagi menyebarkannya,ā tegas Alfons.