Ototekno

Mengapa AI Generatif Menggeser Google sebagai Alat Pencarian Utama? Ini Analisisnya


Istilah “googling” yang selama bertahun-tahun menjadi refleks utama saat mencari informasi kini mulai tergeser. Keberadaan kecerdasan artifisial (AI) generatif seperti ChatGPT, Gemini, Claude, DeepSeek, hingga Perplexity telah mengubah cara orang mencari dan mengonsumsi informasi digital.

Transformasi ini tak hanya mengubah perilaku pencarian, tetapi juga menggoyang fondasi strategi digital marketing seperti search engine optimization (SEO). Pendekatan baru bernama generative engine optimization (GEO) kini muncul sebagai respons atas masifnya penggunaan AI sebagai mesin pencari utama.

Dari Google ke Generatif

Menurut survei Statista, pada 2023 sekitar 13 juta orang dewasa di Amerika Serikat sudah menggunakan AI generatif sebagai alat pencarian utama. Angka ini diprediksi melonjak menjadi 90 juta pengguna pada 2027. Data serupa dari Andreessen Horowitz menunjukkan 62 persen warga AS kini menggunakan chatbot AI setiap hari.

Perubahan ini juga menggeser cara pengguna berinteraksi dengan mesin pencari. Jika sebelumnya pengguna hanya mengetik kata kunci seperti “restoran enak Jakarta”, kini permintaannya menjadi lebih kompleks dan kontekstual, seperti “restoran rating 4 ke atas yang tidak antre di Senayan”. AI memahami niat, konteks, dan memberikan jawaban langsung yang relevan—tanpa harus membuka banyak tautan.

Baca Juga:  Ini Cara Menerapkan Eco Driving agar Kendaraan Irit BBM

AI Bikin Pengguna Malas Klik

Fenomena no-click search kian marak. Google kini menampilkan ringkasan AI di atas hasil pencarian melalui fitur AI Overviews. Penelitian menunjukkan bahwa fitur ini bisa menurunkan rasio klik ke website hingga 70 persen. Survei terbaru juga mengungkap, 72 persen pengguna lebih memilih membaca ringkasan tersebut daripada mengeklik hasil pencarian.

Dampaknya signifikan. Bagi pengguna, ini efisien. Namun bagi pemilik konten, ini ancaman serius. Website yang sebelumnya ramai dikunjungi kini berisiko kehilangan trafik meskipun tetap berada di posisi atas hasil pencarian.

SEO Menuju GEO

Perubahan ini memaksa para pelaku konten dan marketer untuk mengalihkan fokus dari SEO ke GEO. Dalam konteks GEO, visibilitas bukan sekadar peringkat di Google, tapi bagaimana konten mereka bisa muncul dalam jawaban langsung yang disintesis AI.

Baca Juga:  Waspada dan Pahami Risiko, Mahasiswa Didorong Melek Investasi Digital dan Blockchain

Konten yang sukses dalam ekosistem AI generatif adalah konten yang terstruktur baik, informatif, dan mudah dipahami. Keyword masih penting, tetapi bukan yang utama. Kini, kejelasan dan kepadatan makna lebih diutamakan.

Zach Cohen dan Seema Amble dalam risetnya di Andreessen Horowitz menekankan bahwa konten yang mudah dikutip oleh AI akan mendapatkan lebih banyak eksposur dan kepercayaan pengguna. Ini menciptakan ekosistem baru di mana keberhasilan digital ditentukan oleh kemampuan berbicara dengan AI, bukan hanya mesin pencari tradisional.

AI Bisa Mengangkat atau Menyingkirkan Merek Anda

Data dari seo.com menunjukkan, ketika AI Overview muncul di halaman hasil pencarian (SERP), click-through rate (CTR) organik rata-rata turun dari 1,41 persen menjadi 0,64 persen. Namun, bila konten Anda dikutip langsung oleh AI, CTR bisa naik dari 0,74 persen ke 1,02 persen. Artinya, masuk ke dalam ringkasan AI bisa meningkatkan visibilitas—asal kontennya kredibel.

Baca Juga:  BYD Seal Terbakar di Jakbar, Kasus Serupa Pernah Terjadi di 4 Negara

Prinsip E-E-A-T (expertise, experience, authoritativeness, trustworthiness) pun kini semakin penting. AI menilai sumber berdasarkan otoritas, reputasi, dan kejelasan. Penggunaan data terstruktur dan schema markup kini menjadi fondasi agar konten “terbaca” dengan baik oleh LLM seperti GPT-4o atau Gemini.

Tantangan dan Peluang Baru

Pergeseran ini juga membawa tantangan etis. Jika semua pencarian diselesaikan tanpa klik, bagaimana kelangsungan media online dan situs informasi? Namun di sisi lain, ini menjadi peluang baru bagi yang sigap beradaptasi.

Ke depan, bukan lagi soal berapa banyak orang melihat konten Anda, melainkan: apakah AI mengutip Anda? Jawaban atas pertanyaan itu bisa menentukan nasib sebuah brand di era AI.

Back to top button