News

Soal Patuhi Perjanjian Gencatan Senjata, Brigade al-Qassam: Semua Tergantung Israel


Brigade al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengatakan akan mematuhi perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku di Gaza pada hari Minggu (19/1/2025).

Namun, mereka juga menyebut setiap pelanggaran Israel yang dilakukan mungkin akan membahayakan proses tersebut dan membahayakan nyawa para sandera.

Dalam pidatonya, juru bicara Brigade al-Qassam Abu Ubaidah mendesak para mediator untuk memaksa Israel berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas.

Dia kemudian menambahkan bahwa kelompok pejuang Palestina itu akan mematuhi semua fase perjanjian gencatan senjata dan jadwal perjanjian pertukaran sandera-dengan-tahanan.

“Semuanya tergantung pada komitmen musuh (Israel). Pelanggaran dari pihak pendudukan (Israel) akan membahayakan proses tersebut,” kata Abu Ubaidah, seperti dikutip dari The Straits Times. Senin (20/1/2025).

Baca Juga:  Polemik Ijazah Jokowi, Pengamat Hukum: Tak Perlu Merasa Difitnah, Cukup Segera Buktikan Keasliannya

“Kami ingin berhasil dalam semua tahap perjanjian, rinciannya dan waktunya untuk menjaga darah rakyat kami dan mencapai tujuan mereka, dan kami mendesak para mediator untuk memaksa musuh mematuhinya,” tambahnya.

Hamas telah membebaskan tiga sandera wanita Israel sebagai bagian dari tahap pertama kesepakatan gencatan senjata dan Israel diharapkan segera membebaskan 90 tahanan Palestina.

Militer Israel mengonfirmasi bahwa Romi Gonen, Doron Steinbrecher, dan Emily Damari telah dipertemukan kembali dengan ibu mereka dan merilis video yang menunjukkan mereka dalam kondisi sehat.

Pusat Medis Sheba melaporkan bahwa ketiga sandera wanita itu dalam kondisi stabil. Mereka adalah bagian dari lebih dari 250 orang yang diculik dan 1.200 orang yang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

Baca Juga:  Diakui Dunia, Layanan Wealth Management BRI Raih Penghargaan Internasional dari Euromoney

Hampir 47.000 orang telah tewas dibunuh militer Israel, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 110.700 lainnya terluka dalam perang Israel yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023, menurut otoritas kesehatan setempat.

Invasi Israel telah menyebabkan lebih dari 11.000 orang hilang, dengan kerusakan yang meluas dan krisis kemanusiaan yang telah merenggut nyawa banyak orang tua dan anak-anak dalam salah satu bencana kemanusiaan global terburuk yang pernah ada.
 

Back to top button