Market

Inflasi AS Melambat, Harga Emas Tergerus 2,9 Dolar AS

Melambatnya inflasi Amerika Serikat memicu aksi ambil untung di pasar emas. Ini terjadi setelah logam kuning mencapai level tertinggi lebih dari delapan bulan di sesi sebelumnya.

Harga emas merosot pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis (19/1/2022) pagi WIB, memperpanjang kerugian untuk hari kedua berturut-turut.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, jatuh 2,9 dolar AS atau 0,15 persen menjadi ditutup pada 1.907,00 dolar AS per troy ounce, setelah mencapai tertinggi sesi di 1.929,80 dolar AS, tidak jauh dari puncak sehari sebelumnya di 1.931,8 dolar AS.

Emas berjangka anjlok 11,8 dolar AS atau 0,6 persen menjadi 1.909,9 dolar AS pada Selasa (17/1/2023), setelah melonjak 22,90 dolar AS atau 1,21 persen menjadi 1.921,7 dolar AS pada Jumat (13/1/2023), dan terangkat 19,90 dolar AS atau 1,06 persen menjadi 1.898,80 dolar AS pada Kamis (12/1/2023).

Baca Juga:  Gagal Hentikan Gelombang Utang, Moodys Cabut Rating Kredit Teratas Pemerintah AS

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Rabu (18/1/2023) bahwa indeks harga produsen (IHP) AS untuk permintaan akhir turun 0,5 persen pada Desember setelah naik 0,2 persen pada November. Para ekonom memperkirakan IHP turun 0,1 persen bulan ke bulan.

Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Rabu (18/1/2023) bahwa penjualan ritel AS turun 1,1 persen pada Desember, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,0 persen.

“Harga emas melemah tetapi masih bertahan di level 1.900 dolar AS,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

“Akhir dari pengetatan Fed mendekati kita, tetapi resesi yang dangkal mungkin tidak mendukung aliran masuk untuk emas karena hal itu dapat menyebabkan dolar yang lebih kuat. Reli emas sepertinya akan berhenti di sini, tetapi dapat dilanjutkan jika imbal hasil terus menurun.”

Baca Juga:  Mentan Sebut Stok Beras Indonesia Capai 4 Juta Ton, Jadi yang Tertinggi Sejak 57 Tahun Terakhir

Data menunjukkan bahwa inflasi AS melambat, meningkatkan ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve tidak mungkin mengadopsi kebijakan moneter hawkish dalam menghadapi ekonomi yang lemah.

Namun demikian, dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal pada Rabu (18/1/2023), Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan preferensinya sendiri adalah agar Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya ke kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen tahun ini.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 42,1 sen atau 1,75 persen, menjadi ditutup pada 23,647 dolar AS per troy ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 3,2 dolar AS atau 0,31 persen, menjadi menetap pada 1.043,7 dolar AS per troy ounce.

Baca Juga:  Raja Ampat Dirusak Tambang Nikel, Komisi XII DPR Minta Jangan Disikapi dengan Emosi

Back to top button