News

Lebih Banyak Perempuan dan Anak-anak Terbunuh di Gaza Dibanding Perang Mana Pun


Sebuah penelitian mengungkap, lebih dari 17.000 wanita dan anak-anak telah terbunuh di Gaza. Masyarakat internasional dinilai lamban dalam menghadapi pembunuhan dan kehancuran yang meluas di wilayah tersebut.

Analisis bersama oleh Oxfam dan Action on Armed Violence (AOAV) yang dirilis pada Selasa (1/10/2024) menunjukkan lonjakan signifikan dalam kematian warga sipil di Gaza selama setahun terakhir, melampaui jumlah kematian akibat perang lainnya dalam 20 tahun terakhir.

Laporan tersebut mengungkap bahwa agresi Israel telah mengakibatkan kematian lebih dari 6.000 wanita dan 11.000 anak-anak, menandai tonggak sejarah yang mengerikan dalam jumlah korban sipil di zona perang. Temuan tersebut menyoroti dampak parah serangan Israel terhadap Gaza, dengan infrastruktur sipil terkena senjata peledak setiap tiga jam sejak dimulainya perang.

Baca Juga:  Tak Terima Ijazah Jokowi Dinyatakan Asli, TPUA akan Sambangi Bareskrim Senin

Temuan AOAV menyoroti kerusakan yang meluas di Gaza, rumah, tempat penampungan, sekolah, rumah sakit, dan pusat bantuan vital telah hancur. Agresi yang sedang berlangsung telah menyebabkan ribuan keluarga berduka atas kehilangan orang yang mereka cintai, sementara ratusan ribu orang mengungsi, karena zona aman pun telah menjadi sasaran serangan militer.

Dr. Iain Overton, Direktur Eksekutif AOAV mengutuk situasi tersebut dan menyebutnya sebagai peristiwa mengerikan. Ia mengkritik masyarakat internasional atas kelambanannya dalam menghadapi kehancuran yang meluas tersebut.

“Skala kehancuran di Gaza seharusnya menjadi peringatan. Pengeboman terus-menerus terhadap rumah, sekolah, dan rumah sakit dengan frekuensi yang mengkhawatirkan menunjukkan pengabaian nyata terhadap kehidupan manusia dan hukum internasional.”

Baca Juga:  Belgia: Genosida Adalah Kata yang Tepat Gambarkan Situasi Gaza

Perang tersebut telah memicu kritik luas atas pelanggaran Hukum Humaniter Internasional (HHI), karena warga sipil mengungsi dan kemudian wilayah yang diperuntukkan bagi mereka dibom lagi. 

Data Oxfam menunjukkan jumlah korban tewas sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Sebuah studi di The Lancet memperkirakan bahwa korban tak dikenal yang terkubur di bawah reruntuhan, bersama dengan mereka yang meninggal karena kelaparan dan runtuhnya layanan kesehatan, dapat menyebabkan jumlah korban di atas 186.000.

Saat krisis kemanusiaan semakin dalam, lebih dari 25.000 anak telah kehilangan orang tua atau menjadi yatim piatu, banyak dari mereka juga mengalami cedera dan cacat parah. Para wanita, yang menanggung beban perang, kini menjadi kepala rumah tangga di tengah kehancuran yang meluas. Sementara ibu hamil dan menyusui berjuang menghadapi tantangan untuk bertahan hidup dalam sistem perawatan kesehatan yang berada di ambang kehancuran.

Baca Juga:  Siapakah Bishara Bahbah, Mediator Jalur Belakang Hamas dan Pemerintah AS?

Dr. Umaiyeh Khammash, Diirektur Juzoor, mitra Oxfam menekankan penderitaan yang sangat besar di Palestina. “Trauma yang dialami oleh anak-anak—banyak di antaranya yang kehilangan anggota tubuh atau menghadapi tekanan emosional yang mendalam—tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.”

Sedangkan Sally Abi Khalil, Direktur Oxfam untuk Timur Tengah dan Afrika Utara mendesak tindakan internasional segera. “Kegagalan masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban Israel, ditambah dengan pasokan senjata yang terus berlanjut, telah memungkinkan terjadinya kekejaman yang kita saksikan. Gencatan senjata permanen sangat dibutuhkan.”

 

Back to top button