News

THR Lebaran Bagi Pekerja, Datang Lalu Pergi Seperti Ilusi


Jelang lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah, aturan mengenai pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) telah dikeluarkan pemerintah bagi seluruh pekerja, baik karyawan swasta, BUMN, BUMN, ASN hingga ojol dan kurir. Namun keadaan perekonomian yang sedang tidak baik-baik saja dengan tingginya harga berbagai kebutuhan pokok hanya membuat pekerja seperti kehilangan harapan.

Antara bahagia dan bingung berkecamuk di dadanya. Bahagia karena menjelang lebaran ini ada tambahan dana yang masuk ke dompetnya. Bingung karena uang yang diterimanya tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama hari raya. Ini yang ada di benak Harris, salah satu karyawan swasta yang menerima Tunjang Hari Raya (THR) 

Meski sempat mengalami perasaan lega, namun Harris mengaku, THR hari ini hanya akan numpang lewat saja. Sama seperti gaji bulanan, THR tahun ini juga berakhir sebagai dana darurat. Bukannya dipakai buat liburan atau beli baju baru, THR lebih mirip ‘bantuan hidup sementara’ di tengah badai ekonomi yang makin menggila.

“Saya masih bersyukur belum ada tanggungan, karena belum berkeluarga. Tapi tetap saja, saya orang perantauan harus mandiri dari segi yang lain-lain, termasuk transportasi dan tempat tinggal,” tutur Harris kepada inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Minggu (16/3/2025).

Baca Juga:  Genjot Pertumbuhan Ekonomi, China Resmi Luncurkan Tahun Konsumsi Film

Ia menyatakan THR yang diberikan oleh perusahaan tempatnya bekerja, mayoritas juga akan habis untuk kebutuhan pokok, bukan untuk sesuatu yang menyenangkan. 

Tak hanya Harris, Putra—karyawan swasta lainnya—juga merasakan hal yang sama. Ia semula berharap jumlahnya cukup untuk setidaknya membeli sepotong baju koko baru dan keperluan lebaran lainnya. Tapi apa daya, harga-harga melambung seperti roket, sementara THR rasanya seperti sepeda ontel—terengah-engah mengejar kebutuhan.

Oleh karena itu, ia merasa biasa saja tanpa ada perasaan senang berlebih saat menerima THR, yang terkesan kurang terasa manfaatnya pada momen lebaran kali ini. “Kalau dibandingkan dengan pengeluaran menjelang lebaran, rasanya THR ini cuma numpang lewat, sama seperti gaji bulanan yang cepat habis untuk keperluan pokok,” ujar Putra yang kini hanya bisa memandang etalase baju Lebaran dari kejauhan.

Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) mengenai Pelaksanaan Pemberian THR Tahun 2025 untuk pekerja di sektor swasta, BUMN, dan BUMD. 

Baca Juga:  Rusia Diduga tengah Persiapkan Perang Lawan NATO, Ini 4 Tandanya

Aturan ini dikeluarkan untuk memastikan setiap pekerja mendapatkan haknya dengan tepat dan secara penuh sebelum hari raya tiba, atau selambatnya H-7 atau tujuh hari sebelum Lebaran. Tapi sayangnya, SE itu tidak bisa menambah nominal THR, apalagi menurunkan harga tiket mudik yang makin bikin kantong jebol.

Menurut SE Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/2/HK.04.00/III/2025, THR merupakan hak wajib yang harus diberikan pengusaha kepada para pekerja. Kebijakan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang pengupahan serta Permenaker No. 6 Tahun 2016 yang khusus mengatur soal pelaksanaan THR. Intinya, semua pekerja yang telah bekerja selama minimal 1 bulan secara terus-menerus berhak mendapatkan THR.

Dampak THR Hanya Bersifat Temporer

Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan, pemberian THR meningkatkan belanja masyarakat terutama kelas menengah dan menengah bawah.

“Ketika ada THR, maka akan ada tambahan pendapatan disposibel bagi masyarakat. Pendapatan disposibel meningkat yang secara langsung akan meningkatkan belanja karena bagi kelas menengah dan menengah ke bawah, pendapatan mereka sebagian besar akan dibelanjakan kembali,” kata Nailul Huda di Jakarta, Sabtu (15/3/2025).

Baca Juga:  Cegah Kasus PPDS Terulang, Komisi IX Minta Kemenkes dan Kemendikti Saintek Wajibkan Tes Kejiwaan

Menurut dia, memang dampaknya temporer di waktu Ramadan dan Lebaran saja. Setelah masa itu, biasanya daya beli akan kembali terkoreksi. Sama seperti di tahun lalu di mana pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan yang ada fenomena Ramadhan-Lebaran, lebih tinggi dibandingkan triwulan lainnya.

“Tahun ini tampaknya juga triwulan 1 pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan lainnya,” terang Nailul Huda.

Jadi efek THR ini memang sementara. Uang yang masuk ke masyarakat akan langsung ludes buat belanja kebutuhan pokok. Jangan heran kalau setelah Lebaran, saldo ATM banyak orang mirip padang pasir—kering kerontang.

Harris dan Putra pun kini hanya bisa pasrah. THR mereka ibarat tamu Lebaran: datang sebentar, salaman, terus pergi entah ke mana. Mungkin ke kantong penjual baju, tukang sayur, atau pedagang daging sapi yang harganya makin bikin jantungan. Yang jelas, lebaran tetap harus dirayakan dengan sukacita, meskipun dompet mungkin tidak ikut berbahagia. [mdr]

Back to top button