Surplus APBN, Apa Dampaknya ke Pasar Mikro?

Penopang surplus keuangan negara itu didorong penerimaan pajak negara sebesar 9,9 persen, meski penerimaan dari cukai merosot hingga 18,8 persen. Dalam catatan Kemenkeu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada semester I 2023 mengalami surplus mencapai Rp152,3 triliun.
Namun catatan surplus ini bagi Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad yang justru mengkhawatirkan denganĀ meningkatnya penerimaan negara itu. Menurut Tauhid, kinerja moncer itu justru kontraproduktif dengan kondisi ekonomi yang terjadi di lapangan, terutama pasar mikro.
āApakah di tengah-tengah situasi kita sangat membutuhkan, uang surplus, ini penting bagi perekonomian atau justru sebaliknya? Ini kontraproduktif terhadap perekonomian kita,ā kata Tauhid, di acara diskusi Indef dengan tema āSurplus APBN buat Siapa? Evaluasi Realisasi APBN Semester I 2023ā secara daring seperti dikutip, Selasa (18/7/2023).
Lantas dia menguraikan, kontraproduktif perekonomian negara dicatat dalam hasil analisis Badan Pusat Statistik yang menggariskan terjadi penurunan yang cukup dahsyat terutama dari sisi ekspor sebesar 5,08 persen month on month (MoM) dan 21,18 persen year on year (YoY).
Meski demikian, kata Tauhid, situasi kurang bagus dari ekspor itu mampu ditopang penurunan impor, yang juga jauh lebih tinggi. Sehingga, ekonomi negara masih mengalami surplus sebesar kurang lebih sekitar Rp3 miliar.
āUntung karena ada penurunan impor sebesar 19,4 persen. Artinya apa? Dalam waktu ke depan sumbangan ekspor-impor dalam pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan cukup dahsyat, dan dikhawatirkan mengurangi sumbangan perdagangan internasional ekspor-impor dalam perekonomian,ā urainya.
Menurutnya, nilai surplus APBN perlu hadir dalam situasi suram itu, untuk menopang agar aktivitas ekspor-impor tidak mengalami mimpi buruk. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
āNah, di saat itulah, APBN harusnya menjadi penopang ekonomi kita terus tumbuh, tapi nyatanya belum mampu melakukan optimalisasi, terutama dari sisi belanja kita,ā katanya.
āSaya kira tumbuhnya 0,9 persen masih jauh terutama non K/L ataupun transfer daerah yang masih negatif pertumbuhannya sampai semester 1,ā jelasnya.
Wahid Maāruf