Rusia Memperoleh 4.000 Km2 Wilayah Ukraina, Berapa Tentaranya Menjadi Korban?

Rusia pekan ini mengklaim telah merebut Kota Kurakhove yang kaya sumber daya di Ukraina timur, saat pasukannya bergerak maju di wilayah tersebut hampir tiga tahun dalam perang. Namun Rusia harus membayar mahal dengan banyak kehilangan prajuritnya dalam perang ini. Berapa tentara Rusia yang tewas?
Saat Ukraina melancarkan serangan baru di Kursk, Rusia, yang membuat penduduk terguncang, pasukan Moskow terus memperoleh kemajuan perlahan di Ukraina timur. Perang yang melelahkan itu tampaknya berdampak buruk pada moral pasukan Ukraina yang menghadapi kesulitan sumber daya manusia dalam menghadapi serangan gencar dari Rusia.
Pasukan Rusia memperoleh 4.168 kilometer persegi tanah Ukraina pada 2024, menurut bukti geolokasi yang dikumpulkan Institut Studi Perang (ISW) yang berpusat di Washington, DC. Luasnya dua kali lipat negara Mauritius di Samudra Hindia dan lima kali lipat luas Kota New York.
Wilayah yang direbut Rusia pada 2024 sebagian besar meliputi ladang dan pemukiman kecil di Ukraina, selain wilayah yang direbutnya kembali dari Ukraina di Kursk. Selain itu, Rusia memperoleh Avdiivka, Selydove, Vuhledar, dan Kurakhove, empat pemukiman berukuran sedang, ISW melaporkan.
Berapa banyak Tentara Rusia yang Tewas?
Menurut Panglima Tertinggi Ukraina Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskii, hingga 30 Desember 2024, sudah 427.000 tentara Rusia tewas atau terluka dalam perang pada 2024. Dalam rilis yang diterbitkan pada 2 Januari, Kementerian Pertahanan Ukraina menyebutkan kerugian Rusia tahun lalu mencapai 430.790 tentara.
Artinya Rusia pada 2024 kerugian tentaranya rata-rata 1.180 per hari, atau sekitar 103 anggota pasukannya untuk setiap kilometer persegi yang berhasil dikuasai. Menurut Ukraina, kerugian Rusia meningkat menjelang akhir tahun. Kementerian Pertahanan mengatakan korban tertinggi terjadi pada November, dengan 45.720 orang, dan Desember, dengan 48.670 tentara. Tidak jelas berapa banyak dari tentara Rusia ini terluka dan karena itu dikeluarkan dari medan perang.
Sementara menurut situs web independen Rusia Mediazona, setidaknya 31.481 tentara Rusia dipastikan tewas antara 1 Januari 2024 dan 17 Desember 2024. Mediazona menggunakan penelitian sumber terbuka untuk menyusun nama-nama tentara Rusia yang terbunuh, memverifikasi informasi melalui berita kematian, postingan oleh kerabat, pernyataan dari otoritas setempat, dan laporan publik lainnya.
Situs Mediazona mengatakan bahwa angka-angkanya adalah kesimpulan awal yang menunjukkan tahun 2024 akan menjadi tahun paling mematikan dalam perang. Meskipun hal ini belum dapat dibuktikan secara meyakinkan, karena data korban muncul dengan penundaan yang cukup lama.
“Kemungkinan besar jumlah korban tewas di pihak Rusia mencapai lebih dari 100.000,” kata Timothy Ash, peneliti asosiasi program Rusia dan Eurasia di Chatham House, lembaga pemikir yang berpusat di London, kepada Al Jazeera.
Namun, dalam wawancara dengan media berita Prancis Le Monde, yang diterbitkan pada 17 Desember, komandan Ukraina Syrskii mengatakan bahwa jumlah pasukan Rusia di Ukraina juga tampaknya terus meningkat.
Oleg Ignatov, analis senior di Crisis Group, mengatakan bahwa komentar seperti Syrskii menimbulkan pertanyaan – bagaimana jumlah pasukan Rusia di Ukraina bisa bertambah jika Moskow menderita kerugian yang sangat besar? “Kami tidak tahu apakah [ini karena] model perekrutan Rusia bagus, atau apakah jumlah korban [Rusia] tidak sebanyak [yang diklaim],” katanya.
Mengapa Sulit Memverifikasi Jumlah Korban Tewas?
Sulit memang memverifikasi jumlah korban tewas sebagian disebabkan karena angka-angka tersebut memiliki nilai propaganda yang sangat besar bagi kedua belah pihak. “Terjadi perang narasi dari kedua belah pihak. Kedua belah pihak menggunakan angka-angka untuk menunjukkan keberhasilannya di lapangan dan melemahkan pihak lain. Narasi-narasi ini merupakan bagian dari perang,” kata Ignatov kepada Al Jazeera.
Pada 8 Desember, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengumumkan dalam sebuah unggahan Telegram bahwa 43.000 tentara Ukraina telah tewas di medan perang sejak dimulainya perang pada Februari 2022. Terakhir kali ia mengumumkan jumlah korban tewas tentara Ukraina adalah pada Februari 2024, ketika ia mengatakan 31.000 tentara Ukraina tewas. Ini berarti, 12.000 tentara Ukraina tewas di medan perang selama sekitar 10 bulan pada 2024.
Akan tetapi, baik Rusia maupun Ukraina tidak secara teratur menerbitkan statistik tentang jumlah prajurit yang tewas dalam perang. Hal ini karena mereka ingin menghindari memberikan wawasan kepada pihak lain tentang seberapa efektif operasi militer mereka, Marina Miron, seorang peneliti di Departemen Studi Perang di King’s College London, mengatakan kepada Al Jazeera pada Oktober lalu.
“Ini bukanlah strategi perang yang tidak umum. Selama Perang Dunia II, misalnya, masing-masing pihak mengurangi jumlah korban hingga setengahnya dan melebih-lebihkan korban musuh hingga dua hingga tiga kali lipat,” kata Miron.
Ada faktor lain juga. Kematian seorang prajurit baru dapat dipastikan setelah jasadnya ditemukan, setelah itu Kementerian Pertahanan terkait mengirimkan surat kematian kepada keluarga.
Miron mengatakan kepada Al Jazeera bahwa jika suatu pemerintah tidak secara resmi menerima seorang prajurit sebagai prajurit yang tewas, maka pemerintah tersebut terhindar dari keharusan membayar ganti rugi kepada keluarga korban.
Terlepas dari berapa banyak tentara Rusia yang tewas dalam perang, dan khususnya pada 2024, para ahli sepakat dalam menyimpulkan bahwa jumlah korban di Rusia mencapai rekor tertinggi sejak Perang Dunia II. Selama Perang Dunia II, diperkirakan 8,7 juta personel militer Soviet tewas, sejauh ini jumlah tertinggi di antara negara mana pun. Dari 15 republik Soviet, Rusia kehilangan tentara terbanyak, diperkirakan 6,7 juta.
Dalam perang Soviet-Afghanistan yang berlangsung selama 10 tahun, tentara Soviet menderita sekitar 15.000 korban. Selama Perang Vietnam yang berlangsung selama 20 tahun, Angkatan Darat AS kehilangan 58.220 tentara. “Kerugian Rusia di Ukraina tampaknya berlipat ganda dari jumlah ini,” kata Ash.
“Dampaknya terhadap masyarakat Rusia akan terasa selama bertahun-tahun mendatang. Pikirkan biaya manusia dan kemudian biaya perawatan kesehatan dan ekonominya – terhadap tenaga kerja,” katanya. Itu, imbuh Ash, “sebagian menjelaskan ketatnya pasar tenaga kerja saat ini di Rusia dan inflasi harga upah yang tinggi”. Apalagi Rusia sudah memiliki campuran demografi yang buruk dan perang ini memperburuk keadaannya.