News

Punya Loyalitas Tinggi, Deradikalisasi Perempuan Terjerat Terorisme Lebih Sulit

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkapkan soal deradikalisasi terhadap perempuan yang pernah bergabung dengan jaringan kelompok terorisme bukan praktik mudah.

“Jadi, lebih susah menderadikalisasi perempuan daripada laki-laki,” kata Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi di Kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Kamis (30/3/2023).

Nisan berbicara dalam diskusi bertajuk Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP): Cerdas Digital, Satukan Bangsa dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme.

Dia menjelaskan kaum perempuan memiliki loyalitas tinggi terhadap doktrin yang diterima. Dengan begitu, menjadi pertimbangan jaringan teroris untuk gencar merekrut mereka sebagai anggota.

“Perempuan itu mudah dipengaruhi, terutama yang memiliki masalah dalam keluarga. Selain itu, kaum perempuan dianggap sangat loyal,” ujar Nisan.

Baca Juga:  Jokowi Siap Hadapi Gugatan Mobil Esemka di PN Solo, Beri Sinyal Hadiri Sidang Perdana

Menurut dia, kaum perempuan kini bukan lagi sekadar berpeluang menjadi korban, melainkan juga berpotensi menjadi pelaku utama dalam aksi terorisme.

Nisan mencontohkan seorang wanita benama Siti Elina (SE) hendak menerobos masuk ke Istana dengan membawa pistol pada Oktober 2022. Aksi ini, lanjut Nisan, salah satu bukti perempuan tidak hanya berpotensi menjadi korban, tetapi juga pelaku.

“Perempuan ini trennya lagi naik. Indeks risiko terorisme dan indeks potensi radikalisme trennya naik untuk perempuan dan anak-anak muda, khususnya generasi milenial dan generasi Z,” kata dia.

Nisan mengungkapkan, untuk mencegah kaum perempuan masuk gerakan terorisme, mereka perlu dilibatkan dalam kegiatan kontranarasi radikalisme. Selain itu, dituntut cerdas pada era digital, termasuk cerdas dalam bermedia sosial.

Baca Juga:  Dukung Penjurusan SMA Kembali, Ki Darmaningtyas Usul Dimulai Semester II atau Kelas XI

Back to top button