Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan pasukan Israel telah menembaki salah satu konvoi bantuannya di daerah kantong Palestina yang terkepung di Gaza. Serangan ini disebut sebagai insiden mengerikan.
Badan tersebut mengatakan konvoi tiga kendaraan yang membawa delapan staf dari Gaza tengah ke Kota Gaza di utara terkena 16 peluru di dekat pos pemeriksaan Wadi Gaza sehari sebelumnya. Untungnya, tidak menimbulkan korban luka namun melumpuhkan konvoi. “Program Pangan Dunia (WFP) mengutuk keras insiden mengerikan pada 5 Januari,” kata WFP, Senin (6/12/2025).
Kendaraan tersebut ditandai dengan jelas sebagai pengangkut bantuan dan telah menerima izin keamanan sebelumnya dari otoritas Israel. “Peristiwa yang tidak dapat diterima ini hanyalah contoh terkini dari lingkungan kerja yang rumit dan berbahaya yang dihadapi WFP dan lembaga-lembaga lain saat ini,” kata WFP, yang menyerukan perbaikan kondisi keamanan agar bantuan dapat terus berlanjut.
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan segala yang mungkin untuk memfasilitasi pengiriman bantuan dan mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apa yang terjadi. “Insiden itu ditinjau, prosedur operasi telah diklarifikasi, dan temuan dari penyelidikan akan dianalisis,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Badan-badan bantuan internasional yang berupaya meringankan krisis kemanusiaan di Gaza sering melaporkan pasukan Israel menghambat atau mengancam operasi mereka di tengah kampanye Israel untuk memusnahkan militan Hamas.
Sementara itu Badan Kemanusiaan PBB (OCHA) melaporkan upaya memasok bantuan kemanusiaan di Gaza telah mencapai titik kritis. Kendala semakin besar karena pasukan Israel terus menyerang pekerja bantuan di tengah pelanggaran hukum dan ketertiban di daerah kantong yang dilanda perang itu.
Tom Fletcher, Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat OCHA dalam sebuah pernyataan Senin (6/1/2024) malam mencatat adanya ancaman dari kelompok bersenjata Palestina. “Realitanya adalah bahwa meskipun kita bertekad untuk memberikan makanan, air dan obat-obatan kepada para penyintas, upaya kita untuk menyelamatkan nyawa sudah berada di titik kritis.”
Geng-geng Palestina bersenjata juga menghambat operasi. Mereka membajak enam truk tangki bahan bakar yang memasuki perbatasan Karem Abu Salem, yang dikenal sebagai Kerem Shalom oleh warga Israel, sehingga lembaga-lembaga kemanusiaan hampir tidak memiliki bahan bakar untuk operasi bantuan.
“Tidak ada ketertiban sipil yang berarti. Pasukan Israel tidak mampu atau tidak mau menjamin keamanan konvoi kami. Pernyataan dari otoritas Israel menjelek-jelekkan pekerja bantuan kami bahkan saat militer menyerang mereka. Relawan masyarakat yang mendampingi konvoi kami menjadi sasaran. Sekarang ada persepsi bahwa melindungi konvoi bantuan itu berbahaya tetapi aman untuk menjarahnya,” kata Fletcher.
Genosida Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 45.854 warga Palestina dan melukai 109.139 orang sejak 7 Oktober 2023.
OCHA juga telah menyatakan keprihatinan yang mendalam setelah bayi lainnya meninggal karena kedinginan di Gaza kemarin karena hipotermia dan pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan, termasuk tenda, selimut, kasur dan perlengkapan lainnya untuk warga Palestina yang mengungsi. “Kematian ini dapat dicegah jika perlengkapan yang dibutuhkan untuk melindungi anak-anak ini tersedia bagi keluarga mereka,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Badan-badan PBB memperkirakan bahwa sekitar 1,6 juta orang di Gaza tinggal di tempat penampungan sementara yang tidak melindungi mereka dari dinginnya musim dengan hampir setengah juta orang tinggal di daerah-daerah yang rawan banjir. Pihak berwenang di Gaza mengatakan sekitar 110.000 dari 135.000 tenda yang digunakan sebagai tempat berlindung di Jalur Gaza sudah usang dan tidak layak pakai.
Fletcher telah meminta negara-negara anggota PBB untuk memastikan bahwa semua warga sipil, dan semua operasi kemanusiaan, dilindungi. “Hal ini sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi,” tegasnya.