Pelabelan Bebas BPA Kental Persaingan Usaha yang Beratkan Industri

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diharapkan tidak memaksakan untuk melabeli galon guna ulang bebas bahan polikarbonat atau BPA. Dinilai sudah masuk persaiangan usaha tak sehat.
Pakar hukum persaingan usaha yang juga Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Ningrum Natasya Sirait meminta BPOM berhati-hati. Tidak memaksakan diri untuk memaksakan regulasi pelabelan BPA pada kemasan pangan berbahan Polikarbonat. Alasannya. isu bahaya BPA dalam kemasan masih pro-kontra.
“Dari dunia kesehatan, isu ini kan masih pro kontra. Jadi, ya jangan dong itu dipaksakan menjadi beban para konsumen nantinya. Sebagai pakar hukum bisnis, saya hanya mempertanyakan regulasi pelabelan BPA itu sebenarnya untuk kepentingan siapa,” kata prof Ningrum, Jakarta, Kamis (20/7/2023).
Prof Ningrum menilai, pelabelan BPA, sangat kental nuansa persaingan usaha yang tidak sehat. Dari perspektif ini, apapun yang menimbulkan biaya tentu saja membebani industri. “Semua peraturan yang menimbulkan dampak pada meningkatnya biaya produksi seperti pelabelan BPA ini pasti berdampak pada konsumen dan itu perlu menjadi pertimbangan,” kata Prof Ningrum.
Dia mempertanyakan apakah BPOM sudah mengukur dampak dari wacana pelabelan BPA. “Kalau BPOM mengatakan produk itu merusak kesehatan masyarakat, buktinya tidak ada. Makanya banyak orang yang ribut karena isu ini,” kata dia.
Bisa jadi Prof Ningrum benar. Hingga saat ini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang, membahayakan, termasuk untuk ibu hamil, karena mengandung BPA.
Misalnya, kelompok ibu-ibu hamil prenatal yoga di Rumah Bersalin Depok Jaya, Depok, Jawa Barat, rata-rata mengonsumsi air minum galon guna ulang. Sebut saja Delfi yang tengah hamil anak pertama, mengaku terbiasa minum air galon guna ulang. “Kenapa memilih air galon guna ulang ini, pertama itu sehat. Lalu praktis saja sih, cuma tinggal beli terus tinggal masuk dispenser, nggak perlu repot-repot lagi. Dan yang jelas orangtua saya sudah terbiasa minum air guna ulang ini,” ujarnya.
Mifta, anggota prenatal yoga lainnya, mengutarakan hal serupa. “Saya selalu mengkonsumsi air guna ulang ini hingga saat saya hamil sekarang. Janin saya juga sehat-sehat saja menurut pemeriksaan bidan di sini,” katanya.
Tika, ibu yang kehamilannya sudah mencapai minggu ke-37 bahkan mengatakan selalu menyediakan stok air galon guna ulang ini di rumahnya. Wanita yang tengah hamil anak keduanya ini mengaku harus banyak mengkonsumsi air untuk kesehatan janinnya. “Untuk Kesehatan janin saya, mulai hamil anak pertama dan anak kedua ini, saya selalu disarankan bidan untuk minum air yang banyak. Karenanya saya selalu stok air galon guna ulang di rumah,” tukasnya.
Hal serupa juga disampaikan Refiska, yang sedang hamil anak pertama. Dia selalu mengkonsumsi air galon guna ulang hingga kehamilannya yang saat ini sudah mencapai minggu ke-34.
Dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr M Alamsyah Aziz SPOG, mengaku belum pernah menemukan adanya gangguan terhadap janin karena sang ibu minum air galon guna ulang.
Praktisi kesehatan, Dyah Novita Anggraini mengatakan, air mineral memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, terutama untuk ibu hamil dan menyusui. Hal itu disebabkan air ini telah dilengkapi dengan kandungan mineral dan senyawa alami lain di dalamnya.
Dia mengatakan tidak semua sumber air dapat menghasilkan air mineral. Air mineral hanya bisa didapatkan dari sumber air yang terletak di daerah yang kaya akan mineral seperti magnesium, kalsium , natrium, dan selenium.
Iwan Purwantono