News

Mantan PM Bangladesh Khaleda Zia Dibebaskan


Mantan Perdana Menteri Bangladesh Khaleda Zia telah dibebaskan dari tahanan rumah selama bertahun-tahun setelah musuh bebuyutannya, Sheikh Hasina, digulingkan sebagai perdana menteri dan melarikan diri ketika para pengunjuk rasa menyerbu istananya.

Persaingan sengit antara kedua perempuan ini telah menentukan politik di Bangladesh selama beberapa dekade.

Zia, yang kini berusia 78 tahun, dijatuhi hukuman 17 tahun penjara atas kasus korupsi pada tahun 2018 di bawah pemerintahan Hasina.

Adapun Hasina, 76 tahun, digulingkan pada Senin (5/8/2024) setelah protes massal, dengan panglima angkatan bersenjata menyatakan bahwa militer akan membentuk pemerintahan sementara.

Perintah Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin kemudian dikeluarkan untuk membebaskan para pengunjuk rasa yang ditahan, begitu juga dengan Zia.

Zia adalah ketua partai oposisi utama Bangladesh National Party (BNP). Juru bicara partai ini A.K.M Wahiduzzaman kepada AFP pada Selasa (6/8/2024) mengatakan bahwa Zia ‘sekarang sudah dibebaskan’.

Dia berada dalam kondisi kesehatan yang buruk, harus menggunakan kursi roda karena menderita rheumatoid arthritis dan berjuang melawan diabetes dan sirosis hati. Pihak keluarga sempat mengajukan izin agar Zia dirawat di luar negeri, namun permintaan itu ditolak oleh Hasina.

Baca Juga:  Dokumen Affidavit Jadi Bukti Syarat Penuntutan Sidang Ekstradisi Paulus Tannos

Perseteruan Selama Puluhan Tahun

Perseteruan antara Zia dan Hasina dikenal luas di Bangladesh sebagai ‘Pertempuran Para Begum’. Begum adalah sebutan kehormatan di Asia Selatan untuk perempuan Muslim yang berkuasa.

Perseteruan mereka berakar pada pembunuhan ayah Hasina, pendiri Bangladesh Sheikh Mujibur Rahman, bersama dengan ibu, tiga saudara laki-laki dan beberapa kerabat lainnya dalam sebuah kudeta militer pada tahun 1975.

Suami Zia, Ziaur Rahman, saat itu menjabat sebagai wakil panglima militer dan secara efektif mengambil alih kekuasaan tiga bulan kemudian. Dia memulai pemulihan ekonomi di Bangladesh yang dilanda kemiskinan dengan privatisasi, tetapi terbunuh dalam kudeta militer lainnya pada tahun 1981.

Kepemimpinan BNP jatuh ke tangan jandanya, yang saat itu adalah seorang ibu berusia 35 tahun dengan dua anak laki-laki yang dianggap oleh para pengecam sebagai ibu rumah tangga yang tidak berpengalaman secara politik.

Zia memimpin oposisi terhadap diktator Hussain Muhammad Ershad, memboikot pemilu palsu pada tahun 1986 dan mendukung protes di jalanan. Dia dan Hasina lalu bergabung untuk menyingkirkan Ershad dalam berbagai gelombang protes pada tahun 1990 dan kemudian bersaing dalam tiga pemilu bebas pertama di Bangladesh.

Baca Juga:  Cak Imin Tepis Kabar Arahan Prabowo Rapatkan Barisan untuk Pemilu 2029

Zia menang dan memimpin dari tahun 1991-1996, dan sekali lagi pada tahun 2001-2006, ketika dia dan Hasina bergantian berkuasa.

Saling tidak Suka

Ketidaksukaan mereka terhadap satu sama lain dituding sebagai penyebab krisis politik pada Januari 2007 yang mendorong militer untuk memberlakukan keadaan darurat dan membentuk pemerintahan sementara.

Keduanya ditahan selama lebih dari satu tahun. Hasina lalu memenangkan pemilihan umum pada bulan Desember 2008 dengan telak dan terus memimpin sampai ia melarikan diri ke India dengan helikopter pada Senin lalu. Ia memperketat cengkeramannya pada kekuasaan dengan menahan puluhan ribu anggota BNP. Ratusan orang juga menghilang.

Zia dihukum dan dipenjara pada tahun 2018 atas tuduhan korupsi yang dibantah oleh partainya karena bermotif politik. Dia kemudian dibebaskan untuk menjadi tahanan rumah dengan syarat tidak ikut serta dalam politik ataupun pergi ke luar negeri untuk perawatan medis.

Kabinet pertama Zia dipuji karena meliberalisasi ekonomi Bangladesh pada awal tahun 1990-an, yang memicu pertumbuhan selama beberapa dekade. Namun, masa jabatan keduanya sebagai perdana menteri dari koalisi yang beraliansi dengan kelompok Islamis ditandai dengan tuduhan korupsi terhadap pemerintah dan putra-putranya.

Baca Juga:  Protes Perang di Ukraina Lewat Puisi, Rusia Penjarakan Gadis 19 Tahun

Ada juga serangkaian serangan kelompok Islamis, salah satunya menewaskan lebih dari 20 orang dan hampir merenggut nyawa Hasina.

Unit polisi antikejahatan Batalion Aksi Cepat yang dibentuk Zia dituduh melakukan ratusan pembunuhan di luar hukum.

Putra sulungnya, Tarique Rahman, memimpin BNP dari pengasingannya di London ketika Zia dipenjara, tetapi Rahman divonis secara in absentia dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas dugaan perannya dalam serangan bom pada sebuah rapat umum Hasina pada tahun 2004.

BNP mengatakan bahwa dakwaan tersebut merupakan upaya bermotif politik untuk menyingkirkan dinasti Zia dari dunia politik.

Zia dihormati karena sikapnya yang tegas, meskipun ketidakmampuannya untuk berkompromi membuatnya tidak dapat mencapai kesepakatan dengan sekutu-sekutu penting di dalam maupun di luar negeri. Sikap keras kepala tersebut bahkan berlanjut hingga kematian putra bungsunya akibat serangan jantung di Malaysia pada tahun 2015.

Ketika itu, Hasina pergi ke rumahnya untuk menyampaikan simpati dan belasungkawa, tetapi Zia tidak membukakan pintu. [VOA/AFP] 

Back to top button