“Banyak sekali orang-orang yang tidak sedikit pun rasis, ikut meratapi serta menentang tindakan negara Israel. Sebagai orang Yahudi, saya salah satunya,” kata Mate dalam diskusi di akun YouTube pribadinya.
“Jika Anda adalah seorang pro-Zionis, yang sepenuhnya percaya bahwa keyahudian bisa diidentikkan dengan Zionisme Israel, maka persepsi itu adalah hasil dari keyakinan Anda bahwa Yahudi diidentikkan dengan Israel,” imbuhnya.
Mate mengatakan jika melihat sejarah, ada banyak orang Yahudi yang mengkritik gerakan Zionis dan menunjukkan potensi bahayanya serta mengingatkan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Meski demikian, pria yang berprofesi sebagai dokter sekaligus penulis ini juga menegaskan bahwa serangan milisi Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu, tidak bisa dibenarkan.
Akan tetapi, dia juga tak setuju jika semua serangan dan gempuran Israel di Gaza disebut sebagai genosida. Dia menyebut apa yang dilakukan Israel ke Gaza saat ini lebih parah sehingga disebut sebagai kejahatan perang besar.
“Apa yang dilakukan Israel saat ini sama sekali tidak bisa dibenarkan, dan ini bukan respons terhadap apa yang baru saja terjadi,” ungkap Mate.
Dia juga mengutip pernyataan mantan jenderal Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Amiram Levin, yang berpendapat kendali Israel di wilayah Tepi Barat Palestina mirip dengan kebijakan diskriminatif di masa Nazi Jerman.
“Ini pernyataan tentara Israel, bukan orang yang anti-Yahudi. Hanya preman Nazi yang bisa menyerang orang-orang Yahudi dengan impunitas bahkan dengan dukungan polisi,” kata dia.
“Begitu pula para pemukim Israel di wilayah pendudukan di Gaza yang menyerang, menghancurkan dan membunuh anak-anak. Tapi ketika Palestina melawan, tentara justru muncul untuk mendukung para pemukim. Hal ini dikatakan sendiri oleh mantan wakil kepala pasukan Israel,” ujarnya.
Ketika ditanya apa beda antisemitisme dan kritik terhadap Israel, sebagai seorang penyintas Holocaust, Mate menyebut ada orang yang membenci Yahudi, hanya karena mereka Yahudi, bukan karena apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh orang Yahudi.
Hal ini, menurutnya, banyak dialami orang-orang yang menjadi sasaran anti-Yahudi, aksi anti-orang berkulit hitam, dan aksi anti-Islam di dunia.
“Orang-orang Yahudi telah lama menjadi sasaran antisemitisme semacam itu, di mana perasaan anti-Yahudi tidak ada hubungannya dengan apa yang dilakukan orang Yahudi,” kata dia.
Menyoal kondisi di Gaza, Mate juga menyerukan agar gencatan senjata segera diwujudkan di Gaza.
“Saya di sini bukan untuk mendukung Hamas, saya tidak suka Hamas, saya tidak suka apa yang mereka perjuangkan. Saya tidak menyukai apa yang mereka lakukan terhadap orang-orangnya sendiri, tapi mereka mengajukan permintaan yang masuk akal tentang pertukaran sandera,” ungkap dia.
“Biarkan itu terjadi karena para sandera yang ditahan Hamas adalah orang-orang yang tidak bersalah, sama seperti ribuan orang di penjara Israel yang tidak bersalah,” lanjut Mate.
Sudah sekitar satu pekan sejumlah kelompok aktivis Yahudi di AS dan beberapa negara Eropa turun ke jalan berunjuk rasa menentang blokade dan serangan brutal Israel ke Jalur Gaza.
Salah satu kelompok Yahudi seperti Anti-Defamation League di New York, AS pada Selasa (31/10/2023), turun ke jalan untuk berunjuk rasa menolak tindakan Israel, karena dianggap tidak mewakili sikap sesama warga Yahudi.
Sebelumnya pada pekan lalu, ribuan orang Yahudi juga berkumpul di depan gedung parlemen AS di Washington DC sambil membawa bendera Palestina dan berdemonstrasi untuk mendukung hak-hak rakyat Palestina.
Aksi tersebut digelar oleh Jewish Voice for Peace dan IfNotNow, dua kelompok Yahudi terbesar di AS yang menyerukan penyelesaian konflik Israel-Palestina secara adil dan damai.