Sulsel

Mengenal Bissu, Gender dalam Suku Bugis yang Terancam Punah

INILAHSULSEL.COM – Berbeda dengan sistem gender pada umumnya, dalam tradisi masyarakat Suku Bugis dikenal lima gender dalam kehidupan masyarakat.

Suku Bugis merupakan suku terbesar di Sulawesi Selatan. Dengan populasi sekitar enam juta orang, orang Bugis dikenal keahliannya dalam melaut dan berdagang. Itu pula yang membuat posisi mereka kuat dalam sejarah.

Menariknya, masyarakat Suku Bugis mengenal lima gender dalam masyarakatnya, yakni orawene (laki-laki), makkunrai (perempuan), calalai (perempuan berperilaku seperti laki-laki), calabai (laki-laki berperilaku seperti perempuan), dan bissu (paduan keempatnya).

Kelima gender ini dipahami sebagai upaya memetakan lima cara berada di dunia. Gender sendiri berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin mengacu pada seperangkat atribut biologis yang terdapat pada manusia dan hewan. Sementara itu, gender merupakan peran, perilaku, ekspresi dan identitas yang dibangun secara sosial.

Baca Juga:  Inilah Aplikasi Yang Memudahkan Pelayanan Jamaah dan Agen Tanur Muthmainnah

Orawewe (laki-laki) maupun makkunrai (perempuan) masing-masing memiliki sikap maskulin dan feminim seperti yang pada umumnya dipahami oleh masyarakat luas. Sementara itu, ketiga gender lainnya adalah:

Calalai (perempuan berperilaku seperti laki-laki)

Calalai adalah individu yang lahir dengan tubuh perempuan tetapi secara tradisional memiliki peran gender laki-laku. Mereka cenderung mengenakan pakaian seperti kemeja dan celana panjang, merokok, memakai potongan rambut pendek, dan melakukan pekerjaan sehari-hari yang umumnya dianggap pekerjaan laki-laki.

Calabai (laki-laki berperilaku seperti perempuan)

Kebalikannya, calabai adalah individu yang lahir dengan tubuh laki-laki tetapi mengambil peran gender perempuan. Mereka sering mengenakan gaun, riasan, dan memanjangkan rambut mereka.

Meski begitu, calabai tidak menyamar sebagai perempuan. Mereka berperilaku feminin yang khas, seperti menggunakan rok mini, merokok, dan menunjukan perilaku seksual yang lebih bebas secara terbuka.

Baca Juga:  Inilah Aplikasi Yang Memudahkan Pelayanan Jamaah dan Agen Tanur Muthmainnah

Bissu (paduan keempatnya)

Gender Bugis kelima adalah bissu, yang dianggap bukan laki-laki atau perempuan tetapi mewakili keseluruhan spektrum gender. Bissu dianggap melampaui keempat klasifikasi gender.

Mereka dianggap sebagai entitas spiritual yang tidak hanya mewakili perpaduan antara laki-laki dan perempuan, tetapi juga memancarkan kekuatan keduanya secara bersamaan.

Oleh masyarakat Suku Bugis, Bissu diyakini sebagai entitas yang utuh, tidak terbagi menjadi laki-laki atau perempuan setelah turun dari surga, seperti halnya manusia biasa. Mereka tetap dalam kesatuan spiritual yang menggabungkan unsur laki-laki dan perempuan.

Peran Bissu dalam masyarakat Bugis mirip dengan dukun dalam tradisi agama Suku Bugis karena mereka dianggap sebagai perantara antara dunia manusia dan spiritual.

Baca Juga:  Inilah Aplikasi Yang Memudahkan Pelayanan Jamaah dan Agen Tanur Muthmainnah

Selain itu, mereka tidak memiliki ketertarikan terhadap gender laki-laki maupun perempuan. Mereka menganut filosofi kuno masyarakat Suku Bugis yang menyebut bahwa kesempurnaan manusia terletak pada keseimbangan dan keadilan antara unsur keperempuanan dan kelaki-lakian.

Meski begitu, jumlah guru yang memiliki pengetahuan tentang cara bissu semakin berkurang. Begitu pula minat masyarakat untuk hidup sebagai calabai. Oleh karena itu, tak menutup kemungkinan bahwa di masa depan, bissu akan terancam punah.

Back to top button