News

Hamas Beri Respons Positif Proposal Gencatan Senjata Gaza yang Didukung AS


Kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas, telah memberikan persetujuan positif terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang didukung oleh AS untuk Gaza.

Seorang pejabat senior Hamas mendeskripsikannya sebagai bagian dari kesepakatan komprehensif yang menuntut kepatuhan penuh Israel.

Pejabat Hamas yang tidak ingin disebutkan namanya itu mengatakan kepada Xinhua bahwa respons tertulis kelompok itu kepada mediator internasional mencakup jadwal dan detail pelaksanaan yang spesifik, yang menekankan pentingnya kepatuhan Israel terhadap semua persyaratan, termasuk komitmen rekonstruksi.

“Kini semuanya ada di tangan Pemerintah AS untuk menekan pemerintah Israel agar mematuhi perjanjian tersebut, alih-alih membiarkan mereka memperpanjang perang,” ujar pejabat itu, seperti dikutip Minggu (1/6/2025).

Baca Juga:  Endus Upaya Mengamankan Raja Gula, KPK Diminta Ambil Alih Perkara Suap Sugar Group ke Zarof

Menurut dia, proposal tersebut menguraikan proses tiga tahap untuk membebaskan semua sandera Israel yang ditahan di Gaza selama lebih dari 60 hari di bawah pengawasan internasional.

Hamas menuntut dibukanya kembali semua perlintasan perbatasan tanpa pembatasan dan meminta jaminan internasional untuk mencegah perseteruan baru. Hamas juga menyerukan agar distribusi bantuan dilanjutkan melalui mekanisme yang ada.

Pejabat itu mengatakan di bawah persyaratan tersebut, pasukan Israel akan menarik diri ke posisi-posisi yang telah mereka duduki sebelum 2 Maret, yang kemudian diikuti dengan gencatan senjata selama lima tahun. Sebuah komite teknokratik sipil akan memikul tanggung jawab administratif di Gaza pasca implementasi.

Dalam pernyataan terpisah pada Sabtu (31/5/20250, Hamas mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menyampaikan tanggapan resmi terhadap proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff.

Baca Juga:  Usut Gratifikasi Batu Bara Rita Widyasari, KPK Panggil Bupati Penajam Paser Utara

Hamas menyatakan kesepakatan itu akan membebaskan 10 sandera Israel yang masih hidup bersama jenazah 18 orang lainnya dengan imbalan sejumlah tawanan Palestina yang telah disepakati.

Perjanjian yang diusulkan itu bertujuan untuk mewujudkan gencatan senjata permanen, menyelesaikan penarikan Israel dari Gaza, dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat masuk ke daerah kantong tersebut, tambah kelompok itu.

Gencatan senjata sebelumnya, yang mulai berlaku pada 19 Januari, berakhir pada 18 Maret ketika Israel melanjutkan operasi militer di Gaza. Sebelum serangan baru tersebut, Israel menutup semua perlintasan perbatasan dan membatasi aliran bantuan kemanusiaan mulai 2 Maret. Hanya akses bantuan terbatas yang diizinkan sejak 22 Mei.

Otoritas kesehatan di Gaza pada Sabtu melaporkan bahwa jumlah korban tewas akibat agresi militer Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 54.381 orang, dengan 124.054 lainnya terluka.

Baca Juga:  Sempat Dirawat Dua Pekan, Bobotoh yang Jatuh dari Flyover Pasupati Dikabarkan Meninggal

Adapun sejak pertempuran dimulai kembali pada 18 Maret 2025, pihak berwenang melaporkan 4.117 korban tewas dan 12.013 korban luka. 
 

Back to top button