Kritik MBKM Warisan Nadiem Makarim, Menteri Satryo: Katanya Merdeka tapi Kaku


Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro menyebut konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sifatnya tidak wajib bagi seluruh mahasiswa atau kampus. Dia menyebut kalau konsep peninggalan Nadiem Makarim itu kaku, jauh dari kata merdeka.

“Selama ini, konsep MBKM-nya itu, sangat kaku. Sehingga, saya anggap memang belum maksimal. Ada manfaatnya tapi memang belum maksimal,” ujar Satryo di Gedung Permata Kuningan, Jakarta, Jumat (31/1/2025).

Dia mengatakan, kata merdeka dalam arti sesungguhnya ialah kebebasan. Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka mahasiswa bebas memilih sesuai dengan minat.

“Saya katakan, merdeka itu kan pilihan. Boleh pakai, boleh enggak kan? Kemudian harus semua (mahasiswa) MBKM, harus di luar bidangnya, Jadi, satu semester harus di luar bidang yang ditekuni,” kata dia.

“Misalnya, mahasiswa mesin tapi magangnya lain gitu. Ya itu melawan dari prinsip MBKM, kan merdeka katanya,” sambung dia.

Meski begitu, Satryo tetap mendukung program MBKM yang telah berjalan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa memperluas ilmu pengetahuan. Dia mengatakan pada masa kepemimpinannya, program merdeka belajar itu akan tetap dilanjutkan. Akan tetapi tak akan jadi kewajiban bagi perguruan tinggi untuk menerapkannya.

“Selama itu bermanfaat, lanjut kalau memang bermanfaat. Jadi, dengan kata-kata tadi, saya katakan teman-teman kampus, silahkan jalan. Kan merdeka itu, it’s your choice. Kampus pikir ini bermanfaat, silahkan. Ada yang bilang, Pak, saya nggak cocok ini. Engga apa-apa itu,” tegas dia.
 

Exit mobile version