Tatkala perekonomian nasional yang dipengaruhi global, sedang tidak baik-baik saja, terdapat lima bank yang porsi kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL), membuat cemas.
Bahkan ada yang sudah berada di atas ambang batas 5 persen, ketetapan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai kategori bank sehat.
Namun, beda nasib dengan PT Bank Mayapada Internasional Tbk (Bank Mayapada) yang bersandi emiten MAYA, yang mampu menjaga NPL di bawah 5 persen.
Berdasarkan Laporan Keuangan triwulan I-2025, penyaluran kredit bank milik pengusaha sekaligus filantropis dunia, Dato Sri Tahir itu, tumbuh 0,26 persen secara tahuan, atau year on year (yoy), menjadi Rp105,01 triliun.
Meski tumbuh tipis-tipis, Bank Mayapada mampu menjaga kualitas portofolio kredit yang digelontorkannya. Porsi rasio kredit bermasalah (NPL) gross, menurun dari 3,70 persen menjadi 3,53 persen.
Sedangkan, NPL nett juga turun dari 2,88 persen menjadi 2,67 persen. Kedua rasio NPL tersebut, masih berada jauh di bawah batas aman yang ditetapkan regulator, sebesar 5 persen. Mencerminkan manajemen risiko kredit Bank Mayapada, cukup oke.
Dari sisi permodalan, modal inti mengalami lonjakan 1,60 persen, menjadi Rp12,83 triliun. Sedangkan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) turun tipis dari 11,37 persen, menjadi 10,47 persen. Masih berada di atas ketentuan minimum OJK. Menunjukkan, Bank Mayapada memiliki ketahanan modal yang memadai.
Sedangkan total aset Bank Mayapada, mencatatkan pertumbuhan 3,52 persen (yoy), dari Rp145,36 triliun menjadi Rp150,47 triliun. Mencerminkan ekspansi bisnis yang tetap terjaga meski dalam kondisi pasar yang kompetitif.
Pendapatan bunga dari bank yang dipimpin Hariyono Tjahjarijadi, sebagai direktur utama itu, tumbuh 45,30 persen (yoy), dari Rp2,16 triliun menjadi Rp3,14 triliun per Maret 2025. Beban bunga naik 47,78 persen, dari Rp1,65 triliun menjadi Rp2,44 triliun.
Sedangkan lima bank yang kelabakan menjaga NPL, adalah PT Bank Amar Indonesia (Bank Amar/AMAR), mencatatkan NPL yang cukup tinggi.
Emiten bank digital ini, membukukan NPL gross hingga 10,89 persen per Maret 2025. Atau naik 63 basis poin (bps) ketimbang Maret 2024 sebesar 10,26 persen.
Meski begitu, Bank Amar masih bisa menjaga NPL nett di posisi 1,48 persen per Maret 2025. Naik ketimbang Maret 2024 sebesar 0,84 persen.
Kondisi yang tak kalah seramnya dialami Bank KB Bukopin yang mencatatkan NPL gross sebesar 9,10 persen. Turun tipis jika dibandingkan Maret 2024 sebesar 9,92 persen. Sedangkan posisi NPL nett mencapai 5 persen.
Selanjutnya Bank Banten yang membukukan NPL gross sebesar 7,22 persen dan NPL net sebesar 4,1 persen. Tingginya NPL di Bank Banten disumbang dari kredit komersial, khususnya sektor konstruksi dan pengadaan barang dan jasa.
PT Bank of India Indonesia (BSWS) juga mencatatkan NPL gross yang cukup tinggi di kuartal I-2025. Angkanya 7,09 persen.
NPL ini, secara tahunan masih berada di level yang sama dengan kuartal I-2024. Adapun NPL net meningkat dari 3,96 persen menjadi 4,15 persen.
Satu lagi, PT Bank MNC Internasional mencatatkan NPL gross nyaris 5 persen, tepatnya 4,34 persen di kuartal I-2025, Naik tipis dibandingkan kuartal I-2024 sebesar 4,23 persen. Sementara NPL nett-nya berada di level 2,94 persen, naik dari 2,86 persen pada Maret 2024.