Kamboja maupun Thailand sama-sama berharap penyelesaian damai atas sengketa perbatasan setelah terjadi baku tembak singkat di daerah perbatasan yang disengketakan pada 28 Mei lalu.
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, pada Sabtu (7/6/2025), mengharapkan dapat menyelesaikan masalah perbatasan dengan Thailand secara damai.
“Kamboja menganut prinsip-prinsip menjaga perdamaian, persahabatan, dan kerja sama yang baik dengan Thailand,” tulis Hun Manet di laman Facebook-nya.
Ia menyebut Kamboja telah memutuskan untuk membawa sengketa tersebut ke Mahkamah Internasional (ICJ).
“Keputusan ini adalah untuk mencari solusi damai dan permanen bagi masalah perbatasan di daerah-daerah tersebut, daripada membiarkan masalah tersebut tetap ambigu untuk waktu yang lama, yang dapat menyebabkan konflik bersenjata baru,” katanya.
Hun Manet mengatakan Kamboja akan terus berkolaborasi dengan pihak Thailand untuk mempromosikan pengukuran perbatasan dan menetapkan perbatasan lainnya menggunakan mekanisme Komisi Perbatasan Gabungan Kamboja-Thailand.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikorndej Balankura meminta pihak Kamboja untuk ‘menurunkan tingkat ketegangan di sepanjang perbatasan guna mencegah eskalasi yang tidak perlu’.
“Menyusul baku tembak militer skala kecil pada akhir Mei lalu, Thailand telah menahan diri sepenuhnya dan berfokus menyelesaikan situasi tersebut secara damai dengan mengupayakan semua jalur diplomasi untuk meredakan ketegangan,” kata Nikorndej, dalam konferensi pers, Sabtu.
PM Malaysia Anwar Ibrahim, yang saat ini merupakan Ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), mengunggah di platform media sosial X pada Jumat (6/6/2025) bahwa dia telah ‘berkomunikasi dengan PM Thailand dan Kamboja’ mengenai masalah perbatasan yang sedang terjadi.
“Saya mendesak Thailand dan Kamboja untuk terus menahan diri, mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meredakan ketegangan, dan berupaya mewujudkan penyelesaian yang damai dan komprehensif,” kata Anwar.