Selamat Jalan Faisal Basri, PEPS: Spirit Perjuangannya Jangan Pernah Padam

Ekonom sangat kehilangan sosok Faisal Basri yang wafat pada Kamis (4/9/2024), sekitar pukul 03.50 WIB. Termasuk Managing Director Political Economy and Policy Studies, Anthony Budiawan.
Dia mengaku sangat kehilangannya sosok ekonom senior Faisal Basri. Di matanya, Faisal Basri adalah ekonom handal, jujur, berani membela kepentingan rakyat banyak.
“Indonesia kehilangan Faisal Basri. Beliau sangat kritis terhadap kebijakan pemerintah yang korup. Berani membuka kasus-kasus yang dilakukan penguasa dan pengusaha oligarki. Berani mengkritisi ketidakadilan,” kata Anthony, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Selain itu, menurut Anthony, sosok Faisal Basri dikenal sebagai ekonom yang sangat sederhana, tidak mudah tergiur tawaran materi atau jabatan.
“Kalau saja beliau mau, dengan jaringannya yang sangat luas, tidak sulit bagi Faisal Basri untuk mendapatkan jabatan. Tetapi, beliau memilih berada di samping rakyat, membela kepentingan rakyat, dengan menyuarakan kritik keras terhadap kebijakan pemerintah yang tidak adil kepada rakyat,” ujar Anthony.
“Selamat jalan, Bung Faisal Basri. Beristirahatlah dengan tenang dan damai. Spirit perjuangan Anda tidak akan pernah padam,” imbuhnya.
Asal tahu saja, Faisal Basri terakhir memberikan pernyataan pada 24 Agustus 2024. Kala itu, Faisal mempertanyakan upaya Presiden Jokowi membawa Indonesia tumbuh 7 persen yang tidak berbuah hasil.
Padahal, cita-cita Jokowi membangun ekonomi Indonesia meroket 7 persen sudah dimotori dengan menggunungnya utang serta pembangunan (infrastruktur) jor-joran. Tetapi hasilnya, pertumbuhan ekonomi berkutat di level 5 persen saja.
“Jadi betul ada yang salah. Utang ini kemana dan utang Jokowi ini digadang-gadang kalau tidak ada utang tidak ada pembangunan infrastruktur,” kata Faisal.
Masih kata Faisal, belanja terbesar selama 10 tahun tahun pemerintahan Jokowi, APBN tersedot untuk membayar bunga utang. Tahun depan, pembayaran bunga utang mencetak rekor sebesar Rp500 triliun. Angka ini mengalahkan pos pengeluaran lain yakni belanja pegawai dan belanja modal.
“Jadi tidak benar utang untuk infrastruktur, terbukti dari primary balance itu primary balance pendapatan negara dikurangi belanja dikurangi bayar bunga…kalau di era Jokowi primary balance hanya sekali positif di 2023, selebihnya minus, tekor, artinya buat bayar bunga pun pemerintah harus berutang,” tegasnya.
Hal ini lah yang dirinya wanti-wanti kepada presiden baru kelak. Jika presiden baru kembali jor-joran membangun sana-sini, maka Indonesia bisa tertekan utang. “Kalau Pak Prabowo bilang saya akan melanjutkan program Jokowi, Insha Allah, 2029 kita akan krisis,” tegasnya.