Meski Gagal Capai Target Pajak 2024 Rp1.988 Triliun, Sri Mulyani Tetap Menkeu Terbaik

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengakui, setoran pajak 2024 gagal mencapai target Rp1.988,9 triliun. Alasannya, tekanan ekonomi di paruh pertama begitu berat, tak mampu dikendalikan.
“Kita merasakan semester I (2024), tekanannya begitu berat. Bagi kami di Kementerian Keuangan, penerimaan pajak SPT yang disampaikan masyarakat bulan Maret untuk orang pribadi, dan bulan April untuk perusahaan, menunjukkan tanda-tanda koreksi yang sangat dalam,” kata Sri Mulyani, Jakarta, dikutip Minggu (5/1/2025).
Namun, Sri Mulyani mengatakan, penerimaan negara di paruh kedua 2024 mulai menggembirakan. Bahkan pada akhir tahun, penerimaan negara mengalami pertumbuhan meski tidak tinggi. “Cukup decent untuk situasi yang begitu tidak mudah tumbuh dari tahun lalu,” ucap Sri Mulyani.
Selanjutnya, mantan Direktur Pelaksana World Bank ini, menegaskan bahwa target setoran pajak pada tahun lalu, angkanya sangat tinggi. Jika memang merasa berat, target itu masih bisa dirubah. “Meskipun tidak tercapai target karena target 2024 waktu itu dibuat cukup tinggi,” ungkap menkeu terbaik di dunia itu.
Sayangnya, Sri Mulyani tidak mengungkapkan secara detil besaran penerimaan negara yang berhasil dikumpulkan pemerintah sepanjang 2024. Adapun total target pendapatan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 senilai Rp2.802,29 triliun.
Per akhir November 2024, pendapatan negara mencapai Rp 2.492,7 triliun atau 89 persen dari target tahun itu. Belanja melalui APBN 2024 banyak dilakukan untuk keperluan di luar perencanaan, yakni untuk pemilihan umum, pemilihan kepala daerah dan akselerasi pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), tambahan bantuan-bantuan sosial dalam rangka menangani El Nino, hingga untuk ketahanan pangan, seperti pupuk dan pompa air.
“Oleh karena itu, belanja tumbuh tinggi di kementerian/lembaga, bahkan tubuhnya double digit. Dan keseluruhan tumbuhnya melebihi dari enam persen,” ungkapnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Economic Fiscal (IEF) Research Institute, Ariawan Rahmat mengingatkan, melesetnya penerimaan pajak 2024 bakal berdampak kepada tahun ini. Misalnya, potensi melebarnya defisit anggaran semakin terbuka.
“Ini tantangan klasik seperti kelemahan regulasi, rendahnya kesadaran pajak, database yang belum terintegrasi, serta penghindaran pajak, menjadi hambatan utama,” ungkapnya.
Tahun ini, pemerintah menetapkan target penerimaan pajak yang tak main-main gedenya, sebesar Rp2.189,3 triliun. Angka ini cukup ambisius.
Kepala Riset Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), Fajry Akbar menilai, upaya memaksimalkan penerimaan pajak harus disertai penguatan penegakan hukum dan transparansi pengelolaan pajak.
“Melalui instrumen pajak, hanya mereka yang tidak patuh saja yang akan terkena dampak tambahan, sedangkan yang sudah patuh tetap aman,” ujarnya.