Minta Masyarakat tidak Panik, Komisi XII DPR RI Pastikan Distribusi LPG 3 Kg Lancar

Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya menegaskan pasokan LPG 3kg masih aman dan tidak ada kelangkaan. Dia meminta agar masyarakat tidak panik soal ketersediaan gas subsidi tersebut.
Hal tersebut diungkapkan usai dirinya mengecek ketersediaan LPG 3kg di Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) kemudian dilanjutkan ke Pangkalan di kawasan Kembangan, Jakarta Barat, Senin (10/2/2025).
“Untuk pasokan tidak ada masalah, tadi pun kita melihat beberapa LPG 3 kg yang di display, yang merupakan barang dagangannya, barang penyalurannya itu enggak ada masalah. Kita timbang yang terisi, tersegel berapa? 8 kg lebih, Itu kan artinya, kalau kosong tangkinya saja, itu kan 5 kg ya. Nah, isinya 3 kg, Berarti itu cocok, pas, Isi tidak masalah, Itu kan kita pilih random ya tadi, ya,” ujar Bambang.
Bambang menegaskan bahwa pasokan gas melon aman dan tidak mengalami kelangkaan seperti kabar yang tengah beredar. Dia meminta agar masyarakat tidak panik lantaran dia mengklaim gas elpiji masih aman hingga tiga bulan kedepan.
“Kita ingin memastikan, Bapak dan Ibu Bahwa ini sudah clear, enggak ada masalah. Kita ingin memberi keyakinan kepada masyarakat, Pasokan cukup. Jangan ada kepanikan,” tegas dia.
“Kami juga mendapat laporan dan informasi dari Menteri SDM Bahwa juga kata Pak Dirjennnya, stok kita ini 3 bulan aman ini barang. Pola distribusi kita sudah rapikan. Jika kemarin terjadi hal-hal yang mungkin insiden tertentu, saya melihat sudah ada upaya untuk perbaikan. Itu kita anggap sudah clear, enggak ada masalah,” sambung dia.
Diketahui, Bahlil ujug-ujug memaksa pengecer menjadi pangkalan elpiji. Belakangan karena gaduh dan mustahilnya pengecer menjadi pangkalan, Ketum Partai Golkar mewacanakan skema sub pangkalan. Lucunya, Bahlil tak bisa menjelaskan bagaimana skema perubahan pengecer menjadi sub pangkalan. Dia mengaku baru akan berdiskusi dengan PT Pertamina untuk membahas kebijakan serta aturan sub pangkalan.
“Saya nanti rapat dengan Pertamina habis ini langsung kita maraton. Kalau memang pengecer-pengecer yang sekarang sudah bagus-bagus, sudah kita kasih dulu izin sementara untuk kita naikkan sebagai sub pangkalan tanpa biaya, enggak usah pakai biaya-biaya,” ujarnya, di Jakarta, Senin (3/2/2025).
Langkah grasa-grusu ini bukan saja membuat kelangkaan dan antrean, tapi juga memakan korban jiwa. Yonih (62), warga Pamulang, Tangerang Selatan, meninggal dunia setelah mengantre membeli gas elpiji 3 kilogram pada Senin (3/2/2025) sekitar pukul 12.30 WIB.
Adik korban, Rohaya (51), bercerita, pada Senin pagi sang kakak masih beraktivitas seperti biasa, termasuk membuka warung dan menyiapkan lontong untuk berdagang. Rohaya mengatakan, Yonih berangkat dari rumah sekitar pukul 11.00 WIB dengan membawa dua tabung gas kosong.
Lansia perempuan itu berjalan kaki seorang diri untuk membeli gas elpiji di agen yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah.
Setelah mengantre selama kurang lebih satu jam, Yonih berhasil mendapat gas elpiji dan kembali ke rumah berjalan kaki. Namun, dalam perjalanan pulang, Yonih sempat duduk di dekat tempat laundry untuk beristirahat.
“Sesampai di rumah langsung pingsan. Dia sempat mengucapkan ‘Allahu Akbar’ dua kali, tapi setelah itu tidak merespons (pingsan),” kata Rohaya
Keluarga langsung membawa Yonih ke Rumah Sakit Permata. Tetapi, setibanya di rumah sakit, nyawa Yonih tidak tertolong. Rohaya menyebut, Yonih tidak memiliki riwayat penyakit serius dan selama ini dikenal sebagai sehat serta pekerja keras.