Melarung Pakaian di Sungai, Simbol Melepas Dosa di Sulsel

INILAHSULSEL.COM – Tak terasa, bulan puasa sebentar lagi akan berakhir. Umat Muslim pun bersiap menyambut Hari Raya Idulfitri dengan penuh sukacita. Di Indonesia, tradisi lebaran yang beragam mewarnai momen spesial ini, dari memasak opor hingga mudik untuk bersilaturahmi.
Di Sulawesi Selatan, ada tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakatnya. Tradisi ini bernama Maleppe’ dan dilakukan dengan melarung pakaian mereka ke sungai atau laut.
Maleppe’ berasal dari kata “ma’leppe” yang berarti “melepas”. Dalam tradisi ini, masyarakat saling bermaafan atas segala kesalahan dan dosa, baik yang disengaja maupun tidak. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah salat Idulfitri, di mana para tetangga dan keluarga saling mengunjungi satu sama lain.
Selain itu, ma’leppe juga dilakukan dalam bentuk lain. Beberapa masyarakat Bugis memaknainya dengan cara melarung pakaian lama ke sungai atau laut sebagai simbol menghanyutkan dosa, sial, dan segala hal yang buruk, lalu menggantinya dengan pakaian yang baru.
Seperti kebanyakan tradisi lebaran lainnya, masyarakat Bugis juga menyajikan makanan khas lebaran kepada para tamu yang datang berkunjung ke rumah mereka. Sebelumnya, makanan tersebut akan dibacakan doa terlebih dahulu oleh Puang Anre Guru atau Daeng Imam.
Tradisi berkunjung dari rumah ke rumah ini dikenal oleh masyarakat Sulawesi dengan tradisi Massiara’. Tradisi ini menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi dan memperkuat rasa persaudaraan antar sesama.
Tak hanya berkunjung ke sanak saudara yang masih hidup, masyarakat juga melakukan ziarah kubur untuk mengirimkan doa kepada mereka yang telah meninggal dunia. Tradisi lebaran ini dikenal sebagai Ma’baca tomangeng riolo.
Ma’baca tomangeng riolo biasanya dilakukan pada malam hari setelah salat Isya, sehari sebelum Idulfitri atau sesudahnya. Selain mendoakan saudara yang telah tiada, tradisi ini juga menjadi bentuk rasa syukur atas diberikannya umur panjang agar bisa melaksanakan puasa dan Idulfitri.
Dalam melaksanakan tradisi lebaran ini, beberapa makanan seperti songkolo’, ayam, ketupat, buras, dan pisang emas dihadirkan. Turut pula pembacaan doa oleh anreguru, sebutan untuk orang dengan ilmu agama mendalam di sebuah kampung.