INILAHSULSEL.COM – Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Kabupaten Luwu mencatat, terdapat 2.896 pengungsi yang tersebar di sembilan kecamatan.
Memasuki hari ke-12 pascabencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Luwu, jumlah pengungsi dari berbagai desa di kecamatan terdampak terus bertambah.
Camat Bajo, Kabupaten Luwu, Hidayah, dalam keterangannya pada Rabu, menyebutkan bahwa total jumlah pengungsi di kecamatan tersebut saat ini mencapai 1.361 jiwa.
“Hampir semua pengungsi berasal dari Desa Pajang, Bone Posi, Tibussang, Ulu Salu, dan Buntu Sarek di Kecamatan Latimojong,” ujarnya.
Meskipun demikian, kebutuhan para pengungsi tersebut cukup terpenuhi. Baik dari segi logistik maupun kesehatan, semuanya saat ini memadai.
“Alhamdulillah, logistik warga terpenuhi dengan baik, baik dari posko induk maupun bantuan dari pihak lain. Logistik kami sangat diperhatikan,” ungkapnya.
Sebaran pengungsi di sembilan kecamatan adalah sebagai berikut: Masjid Paragusi di Kecamatan Latimojong menampung 50 jiwa, Masjid Al Furqon di Desa Tibussang 480 jiwa, Kecamatan Kamanre 76 jiwa, Kecamatan Bajo Barat 575 jiwa, Masjid Desa Botta di Kecamatan Suli 20 jiwa, dan Masjid Babussalam Cimpu lima jiwa.
Di Kantor Desa Kaili, Kecamatan Suli Barat, terdapat 8 jiwa pengungsi, sementara di Dusun Pakke Bupon, Kecamatan Bupon, ada 52 jiwa, dan di Desa Tampumia Bupon terdapat 93 jiwa. Di Kecamatan Belopa terdapat 101 pengungsi, Kecamatan Belopa Utara terdapat 48 jiwa, dan Kecamatan Bajo menampung 1.343 jiwa di rumah-rumah warga serta 18 jiwa di Shelter Desa Saronda Bajo.
Selain menempati dua posko pengungsian yang disediakan pemerintah di Desa Kadundung, Kecamatan Latimojong, dan Desa Saronda, Kecamatan Bajo, masyarakat yang mengungsi juga menempati fasilitas umum seperti masjid dan sekolah serta tersebar di rumah-rumah warga yang lokasinya aman dari bencana.
Salah seorang warga yang mengungsi di Kecamatan Belopa, Mudun (52 tahun), berasal dari Desa Bonto Sarek, Kecamatan Latimojong, mengatakan bahwa ia telah menempati salah satu rumah warga sejak Senin, 6 Mei 2024, tiga hari setelah bencana longsor terjadi.
Pria yang berprofesi sebagai petani ini kehilangan 8 anggota keluarganya dalam kejadian tragis yang terjadi pada pukul 3 dini hari.
Delapan anggota keluarganya ditemukan meninggal dunia setelah tertimpa bangunan rumah yang tertimbun longsor.
Para korban adalah Rumpak (L, 97 tahun), Jatimah (P, 55 tahun), Rima (P, 84 tahun), Kapila (P, 84 tahun), Sampe (P, 55 tahun), Muh. Misdar (L, 29 tahun), Mawi (P, 57 tahun), dan Sukma (P, 9 tahun).
Kedelapan anggota keluarga tersebut berhasil dievakuasi secara mandiri oleh warga pada hari pertama longsor terjadi.
“Tidak cukup satu hari mereka sudah ditemukan, oleh warga sendiri,” kata dia.
Midun mengaku, berjalan kaki selama 4 jam bersama istri dan kedua anaknya untuk mencapai kediaman warga tempatnya mengungsi hingga hari ke-13 ini. Sebelum menempati posko pengungsian, dia bersama anak dan istrinya sempat menempati masjid di desa.
“Alhamdulillah, makanan masuk dan kesehatan juga diperhatikan, kami berterima kasih,” kata dia di posko pengungsian.
Selain Midun, pengungsi lain Kecamatan Bajo, Kurniaty (33 tahun) mengatakan telah meninggalkan desanya, Tibussang Kecamatan Latimojong sejak Hari Sabtu (4 Mei 2024) bersama 7 orang anggota keluarganya yang terdiri dari orang tua, adik, anak dan serta suami.
Sama seperti Midun, ia bersama anggota keluarga dan anaknya yang masih berusia 2 tahun menempuh 4 jam berjalan kaki untuk mencapai lokasi pengungsian.
Kepala Dinas Sosial Sulsel, Abdul Malik Faisal memastikan tidak ada kendala berarti dalam distribusi logistik yang dilakukan di setiap kecamatan yang terdampak bencana.
“Baik melalui jalur darat maupun udara, terus kami drop, utamanya di 12 desa di Kecamatan Latimojong yang sebelumnya terisolir akibat terputusnya akses jalan,” ujarnya.
Dari data yang ada hingga Selasa, 14 Mei 2024, total beras yang telah disalurkan ke seluruh kabupaten terdampak bencana di Sulsel berjumlah 152 ton.
“Penyaluran ini terus kami laksanakan dari posko induk, baik berupa kebutuhan pangan maupun sandang, tikar, bantal, selimut, obat-obatan, hingga mainan untuk anak-anak di tempat pengungsian,” tandasnya.