News

Bisakah Donald Trump Menguasai Terusan Panama?


Saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilantik untuk masa jabatan keduanya, ia mengulangi keinginannya untuk mengambil alih Terusan Panama dalam pidatonya. Bisakah keinginan Trump menguasai Terusan Panama terwujud?

Trump sebelumnya pernah berbicara tentang Terusan Panama dan Teluk Meksiko. Pada Senin (20/1/2025), ia memberi isyarat bahwa ia serius melanjutkan gagasan tersebut dan segera. Namun, betapapun berkuasanya presiden AS, tentu keinginan ambisius itu tidaklah mudah.

Mengutip laporan Al Jazeera, kemarin, Trump memuji mantan presiden AS termasuk William McKinley dari Partai Republik, presiden dari 1897 hingga 1901. Ia juga memberi penghargaan kepada mantan Presiden Theodore Roosevelt Jr, seorang Republikan yang menjabat dari 1901 hingga 1909. 

Ia mengeluarkan perintah eksekutif agar Gunung Denali di Alaska diganti namanya menjadi Gunung McKinley sesuai nama mantan presiden tersebut. Nama gunung tersebut diubah dari McKinley menjadi Denali oleh mantan Presiden Demokrat Barack Obama pada 2015, yang mencerminkan nama yang digunakan penduduk asli Alaska untuk gunung tersebut.

Untuk Roosevelt, ia mengaitkan pembangunan Terusan Panama, jalur air buatan manusia di Tanah Genting Panama, yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik. Terusan tersebut sebagian besar dibangun AS antara 1904 dan 1914, di bawah pengawasan Roosevelt. 

Trump mengatakan bahwa terusan itu dengan bodohnya diberikan kepada negara Panama oleh AS. “Kami telah diperlakukan dengan sangat buruk akibat pemberian bodoh ini yang seharusnya tidak pernah diberikan, dan janji Panama kepada kami telah diingkari.”

“Yang terpenting, Tiongkok mengoperasikan Terusan Panama. Dan kami tidak memberikannya kepada Tiongkok. Kami memberikannya kepada Panama, dan kami akan mengambilnya kembali.”

Presiden Panama Jose Raul Mulino menolak klaim yang dibuat Trump dalam pidato pelantikannya. “Atas nama Republik Panama dan rakyatnya, saya harus menolak secara menyeluruh kata-kata yang digariskan Presiden Donald Trump mengenai Panama dan terusannya, dalam pidato pelantikannya,” katanya dalam sebuah pernyataannya. “Tidak ada kehadiran negara mana pun di dunia yang mengganggu pemerintahan kami.”

Baca Juga:  Hamas Siap Memulai Perundingan Akhiri Perang di Gaza

Siapa Pemilik Terusan Panama?

Pemerintah Panama memiliki terusan sepanjang 82 km. Kepemilikan Terusan Panama diserahkan pada 31 Desember 1999, berdasarkan perjanjian tahun 1977 yang ditandatangani mantan Presiden AS Jimmy Carter dan mantan pemimpin Panama Omar Torrijos.

Berdasarkan perjanjian tersebut, pemerintah AS melepaskan kendali atas terusan tersebut pada 2000. Perjanjian tersebut memberikan AS kewenangan untuk memelihara dan mengoperasikan terusan tersebut. Kapal-kapal dari negara mana pun dapat melintasi terusan tersebut. Perjanjian tersebut tidak memiliki klausul yang memperbolehkan AS untuk mengambil alih kepemilikan terusan tersebut.

Perjanjian tersebut menetapkan bahwa biaya untuk melintasi kanal harus adil, wajar, setara, dan konsisten dengan hukum internasional. “Tujuan kesepakatan dan semangat perjanjian kita telah dilanggar sepenuhnya. Kapal-kapal Amerika dikenakan biaya yang sangat mahal dan tidak diperlakukan secara adil dalam bentuk apa pun. Dan itu termasuk Angkatan Laut Amerika Serikat,” kata Trump dalam pidato pelantikannya.

Pada 2023, Terusan Panama terdampak oleh kondisi kekeringan di Amerika Tengah. Lalu lintas yang melintasi jalur air tersebut telah berkurang hingga 29 persen pada tahun fiskal lalu. Antara Oktober 2023 dan September 2024, sebanyak 9.944 kapal melintasi terusan tersebut, dibandingkan dengan 14.080 pada tahun sebelumnya.

Presiden Panama Mulino mengatakan bahwa tarif yang menaikkan biaya terusan itu “tidak ditetapkan begitu saja” pada akhir Desember 2024, setelah Trump pertama kali membahas akuisisi terusan itu.

Baca Juga:  Gaduh Guntur Romli di Sidang Hasto Diduga Rekayasa, Pengamat: Jika Benar Itu Namanya Kejahatan!

China tidak memiliki Terusan Panama. Meskipun demikian, CK Hutchison, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Hong Kong, telah mengelola dua pelabuhan Terusan Panama, yang terletak di pintu masuk Karibia dan Pasifik, sejak 1997. 

Dalam pernyataannya pada bulan Desember, Mulino juga mengatakan bahwa China tidak memiliki Terusan Panama.  “Setiap meter persegi Terusan Panama dan daerah sekitarnya adalah milik Panama dan akan terus menjadi milik [Panama]”.

Bisakah Trump Merebut Terusan Panama?

Sebuah artikel yang diterbitkan lembaga pemikir Atlantic Council yang berkantor pusat di Washington, DC mengatakan salah satu cara Trump dapat mengambil alih kembali Terusan Suez adalah dengan meningkatkan investasi AS. Dengan berinvestasi pada bisnis secara langsung dan tidak langsung akan mendapat kewenangan untuk mengoperasikan terusan ini.

Trump belum menjelaskan secara rinci bagaimana ia akan mengambil alih terusan itu, tetapi ia tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan militer atau ekonomi untuk perluasan wilayah. “Trump tidak dapat memperoleh Terusan Panama kecuali melalui kejahatan perang agresif,” kata Bruce Fein, seorang pengacara Amerika yang mengkhususkan diri dalam hukum konstitusional dan internasional, kepada Al Jazeera.

“Kedaulatan tanpa syarat diserahkan kepada Panama berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada 1970-an, tanpa ketentuan pengembalian ke Amerika Serikat,” kata Fein. Trump, imbuhnya, tidak memberikan bukti bahwa “Panama mengoperasikan terusan tersebut dengan melanggar kenetralannya dan komitmen terkait”.

Terusan ini diperkirakan menyumbang 2,5 persen perdagangan laut global dan 40 persen seluruh lalu lintas kontainer AS. Jika Trump mengambil alih Terusan Panama, “itu akan menjadi pelanggaran Piagam PBB, dokumen yang mengatur hubungan internasional sejak perang dunia kedua,” menurut Editor Diplomatik Al Jazeera James Bays. Ini karena terusan itu adalah bagian dari Panama, sebuah negara berdaulat.

Baca Juga:  KJRI Jeddah Rayakan Idulfitri Bersama Timnas U-17 Jelang Piala Asia

Saat pelantikannya, Trump mengatakan AS kehilangan 38.000 nyawa dalam pembangunan Terusan Panama. “Kami kehilangan 35.000 orang karena nyamuk, Anda tahu, malaria. Nyamuk itu ganas. Mereka harus membangun di bawah kelambu,” kata Trump, dalam wawancara pada Agustus 2023 dengan pembawa acara konservatif Tucker Carlson.

Pada September 2023, BBC melakukan pengecekan fakta atas klaim ini dengan berbicara kepada Matthew Parker, penulis Hell’s Gorge: The Battle to Build the Panama Canal. Parker mengatakan bahwa memang ada korban jiwa selama pembangunan kanal akibat penyakit yang ditularkan nyamuk seperti malaria dan demam kuning. Ia menambahkan bahwa penyakit lain juga merajalela, termasuk tifus, kolera, dan demam air hitam.

Pada 1880, Prancis mulai menggali terusan tersebut, dipimpin oleh Ferdinand de Lesseps, yang juga membangun Terusan Suez di Mesir. Upaya Prancis tersebut berlangsung selama sembilan tahun hingga mereka bangkrut.

Ketika ditanya berapa banyak orang yang tewas saat membangun kanal selama upaya Prancis, Parker berkata, “perkiraan kasarnya sekitar 25.000”. Ia menambahkan bahwa mereka yang tewas tidak hanya pekerja tetapi juga insinyur. Ia mengatakan ini termasuk insinyur dari Prancis dan pekerja dari Jamaika, Amerika Tengah, dan Kolombia.

Parker mengatakan bahwa selama upaya AS membangun kembali kanal tersebut, “Sekitar 6.000 orang tewas, hampir semuanya berasal dari Barbados. Dari 6.000 orang tersebut, ada sekitar 300 warga Amerika yang tewas.”

Back to top button