Sulsel

Tana Beru Sulsel, Tanah Para Ahli Pembuat Kapal Pinisi

INILAHSULSEL.COM – Tidak jauh dari indahnya pemandangan pantai Tanjung Bira, terdapat sebuah desa yang dikenal sebagai tempat para pengrajin kapal pinisi. Terletak di Kabupaten Bulukumba, Desa Tana Beru adalah tanah para ahli pembuatan kapal.

Desa Tana Beru terletak di Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa kecil ini didiami oleh para pengrajin kapal pinisi dengan keahlian yang diwariskan secara turun temurun.

Perahu pinisi adalah perahu tradisional masyarakat Bugis Makassar. Perahu ini telah ada sejak zaman nenek moyang dan menjadi pembuktian bahwa Indonesia adalah negara maritim dengan para pelaut yang tangguh. Kapal Pinisi juga telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural of Humanity) oleh UNESCO pada 2017.

Baca Juga:  Inilah Aplikasi Yang Memudahkan Pelayanan Jamaah dan Agen Tanur Muthmainnah

Secara umum, terdapat tiga bagian dalam kapal Pinisi, yakni bagian atas, bagian utama, dan bagian belakang. Ciri khas dari kapal ini adalah kayu yang digunakan. Biasanya kayu untuk membuat kapal ini berjenis kayu besi, kayu betti, kayu kandole, dan kayu jati. Selain itu, badan kapalnya memiliki tujuh hingga delapan layar, serta dua tiang utama pada bagian depan dan belakang kapal.

Di desa Tana Beru inilah para pengrajin membangun kapal pinisi dengan cara-cara yang masih tradisional dan sarat akan tradisi.

Para pengrajin disini membangun kapal dalam tiga tahap, yakni pemasangan lunas, pemasangan kapal, dan pemolesan interior kapal. Ritual-ritual juga dilakukan saat membangun kapal ini, seperti menyediakan sesajian makanan manis dan potongan ayam jantan.

Baca Juga:  Husniah Talenrang Optimistis Bawa PAN Menang di Pemilu 2029

Pembuatan kapal pun tak sembarang. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan para pengrajin, seperti penetuan hari baik untuk mencari kayu hingga proses peluncuran pinisi dengan tradisi anyorong lopi.

Hari baik untuk mencari kayu diyakini jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 pada bulan yang sedang berjalan. Angka 5 menyimbolkan rezeki yang ada di tangan atau naparilimai dalle’na dan angka 7 menyimbolkan selalu mendapat rejeki atau natujuangngi dalle’na.

Setelah semua proses pembangunan kapal selesai, biasanya kapal Pinisi akan diluncurkan dengan tradisi anyorong lopi atau mendorong kapal ke laut secara bergotong royong.

Tiap perahu yang dibangun di Tana Beru memiliki beragam ukuran, mulai dari perahu kecil, perahu penangkap ikan dengan ukuran besar, dan perahu Pinisi. Perahu-perahu ini dibuat sesaui dengan pesanan.

Baca Juga:  Cocote Tonggo: Potret Lucu Tapi Pedih Tentang Gunjingan Tetangga dan Tekanan Sosial di Masyarakat

Pemesan hanya perlu menyebutkan seberapa besar kapal Pinisi yang diinginkan, setelahnya, para pengrajin di Tana Beru akan mewujudkannya.

Setelah selesai dikerjakan, kapal-kapal ini akan digunakan untuk pelayaran ekspedisi dan membawa barang-barang dagangan. Bahkan, ada pula yang memesannya sebagai perahu pesiar pribadi.

Keberadaan pada pengrajin kapal di Tana Baru ini membuatnya dikenal sebagai Butta Panrita Lopi atau bumi/tanah para ahli pembuat kapal. Seorang Panrita Lopi akan mewariskan ilmunya dengan mengajarkan anak atau pekerja yang memiliki potensi terkait hal teknis pembuatan kapal maupun ritual-ritual yang ada.

Back to top button