Market

Jangan Hanya Omon-omon, Eks DPR PKS Minta Bahlil Buktikan Setop Ekspor Listrik EBET ke Singapura


Mantan anggota DPR dari Fraksi PKS, Mulyanto mendukung rencana Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, meninjau ulang izin ekspor listrik dari energi baru energi terbarukan (EBET) ke Singapura. Tapi jangan berhenti di ‘omon-omon’ saja. Segera kerjakan.

“Ini penting untuk menjaga kedaulatan energi nasional, dan bukan sekedar upaya mengganti pemain dari kalangan kelompoknya sendiri,” tegas Mulyanto dalam keterangan yang diterima Inilah.com di Jakarta, dikutip Kamis (10/10/2024).

Ia menilai, kebijakan ekspor EBET ke Singapura memang layak dibatalkan, mengingat bauran energi alternatif di dalam negeri masih jauh dari target. Selain itu model kerjasama ekspor listrik EBET ini dinilai tidak adil bagi kepentingan masyarakat Indonesia.

Baca Juga:  Optimistis Ekonomi RI Masih Bisa 5 Persen, Sri Mulyani tak Percaya Ramalan IMF

“Dengan ekspor EBET ini masyarakat Singapura yang menikmati listrik, tapi masyarakat Indonesia yang harus merasakan dampak CO² yang ditimbulkan,” ucap dia.

Anggota Komisi VII DPR RI Periode 2019-2024 itu menyebutkan pemanfaatan EBET di dalam negeri masih rendah. Dari potensi PLTS nasional yang sebesar 33 GW, baru dimanfaatkan secara domestik hanya sebesar 80 MW.

“Bandingkan dengan kapasitas PLTS yang dipersiapkan untuk proyek ekspor listrik ke Singapura ini, yang sebesar 600 MW, hampir sepuluh kali lipatnya,” tutur Mulyanto.

“Saat kinerja EBT kita masih kedodoran, sebaiknya kita fokus pada kinerja domestik. Bukan malah sibuk memikirkan kebutuhan negara lain. Ini namanya salfok, salah fokus,” sambungnya.

Baca Juga:  Tutup Celah Korupsi, Prabowo Pangkas Izin Sektor Pertanian yang Bertele-tele

Oleh karena itu, dia meminta Bahlil di sisa masa jabatannya untuk serius dan sungguh-sungguh, menata ulang aturan pemanfaatan EBET dalam rangka penguatan cadangan energi nasional.

“Daripada sibuk ekspor listrik untuk kepentingan negara lain, lebih baik mengejar target bauran EBET dalam negeri yang angkanya masih stagnan di kisaran 30 persen. Padahal deadline target terus berjalan,” tandasnya. 
 

Back to top button