Yaman: Serangan Israel ke Pelabuhan Hodeidah adalah Kejahatan Perang

Serangan udara Israel bulan lalu di kota pelabuhan Hodeidah, Yaman, bisa dianggap sebagai kejahatan perang, kata Human Rights Watch, Senin (19/8/2024).
Kelompok hak asasi manusia tersebut menggambarkan serangan itu sebagai ‘berpotensi melanggar hukum, tidak pandang bulu, atau tidak seimbang’ dan mengatakan serangan itu kemungkinan akan berdampak pada warga sipil di negara tersebut.
Israel melancarkan serangan udara di kota Yaman tersebut setelah sebuah drone yang diluncurkan oleh gerakan Houthi di negara itu, yang juga dikenal sebagai Ansar Allah, menghantam pusat Tel Aviv dan menewaskan satu orang.
Houthi, yang menguasai Sanaa dan sebagian besar wilayah utara dan barat Yaman, telah melancarkan serangan drone ke arah Israel sebagai respons terhadap serangan militer yang terus berlangsung di Gaza.
“Pelanggaran serius terhadap hukum perang yang dilakukan dengan sengaja, baik secara sadar atau sembrono, adalah kejahatan perang,” kata HRW, seperti dikutip Middle East Eye.
Hodeidah adalah jalur penting bagi jutaan warga Yaman untuk mengakses makanan dan bantuan kemanusiaan.
“Serangan Israel di Hodeidah sebagai tanggapan atas serangan Houthi di Tel Aviv dapat berdampak jangka panjang pada jutaan warga Yaman di wilayah yang dikuasai Houthi,” kata Niku Jafarnia, peneliti Yaman dan Bahrain di HRW.
“Warga Yaman sudah mengalami kelaparan yang meluas setelah konflik yang berlangsung selama satu dekade. Serangan ini akan memperburuk penderitaan mereka,” tambah Jafarnia.
Yaman telah berada dalam perang saudara sejak 2014, ketika Houthi mengambil alih ibu kota Sanaa, memicu intervensi militer oleh negara-negara Teluk tetangga yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Sejak 2022, situasi relatif tenang setelah pembicaraan damai antara Arab Saudi dan Houthi.
Serangan Israel menghantam dua lusin tangki penyimpanan minyak dan dua derek pengiriman, serta pembangkit listrik. Setidaknya enam orang tewas dan sedikitnya 80 orang terluka dalam serangan itu.
Nasruddin Amer, juru bicara gerakan Houthi, menggambarkan serangan tersebut sebagai ‘tindakan agresi brutal terhadap Yaman yang bertujuan memperburuk penderitaan rakyatnya dan menekan Yaman agar menghentikan dukungannya terhadap Gaza’.
Tidak ada bukti keberadaan militer Houthi di pelabuhan tersebut.
Selain serangan drone, Houthi juga menargetkan kapal-kapal di Laut Merah yang mereka curigai terkait dengan Israel.
Kampanye tersebut telah memicu respons militer dari AS dan sekutunya, yang meluncurkan serangan udara ke posisi Houthi di negara tersebut.
Militer Israel mengatakan bahwa mereka menyerang ‘target militer’ di pelabuhan, mengklaim bahwa pelabuhan itu digunakan untuk menerima senjata dari Iran. Namun, Tel Aviv belum memberikan informasi untuk mendukung klaim tersebut.