WHO Targetkan Bantuan ke Gaza 500-600 Truk Per Hari Saat Gencatan Senjata


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (17/1/2025) menargetkan memasukkan 500-600 truk bantuan ke Jalur Gaza setiap hari setelah gencatan senjata diberlakukan.

“Proses utama dimulai pada Minggu (19/1/2025), dan PBB bersama kami [WHO] sangat berencana untuk memprioritaskan sebanyak mungkin,” kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Tepi Barat dan Jalur Gaza, menjawab pertanyaan Anadolu Agency.

“Targetnya adalah memasukkan antara 500 hingga 600 truk per hari dalam beberapa minggu mendatang… itu akan menjadi peningkatan besar dibandingkan 40-50 truk yang telah kita lihat selama sebulan terakhir,” kata Peeperkorn menambahkan.

Menyebut bahwa peningkatan tersebut akan menjadi ‘sangat besar’, Peeperkorn menegaskan WHO akan berupaya maksimal untuk memasukkan barang-barang prioritas ‘secepat mungkin’.

Ia pun menyampaikan harapan agar rute pengiriman diperluas sehingga bantuan dapat mencapai wilayah utara dan selatan Jalur Gaza dengan dibukanya titik-titik perbatasan yang selama ini ditutup.

Peeperkorn juga menyatakan keprihatinan terhadap situasi keamanan di wilayah Gaza yang terkepung, seraya mengatakan masalah tersebut harus segera diatasi.

“Penting bahwa hambatan keamanan dan politik yang signifikan untuk pengiriman bantuan di seluruh Gaza dihapus. Kami membutuhkan akses yang cepat, tanpa hambatan, dan aman serta aliran bantuan yang dipercepat ke dalam dan di seluruh Gaza,” katanya.

Prioritas utama adalah makanan, air, persediaan medis, bahan bakar, serta suku cadang untuk memperbaiki generator di rumah sakit, tambahnya.

“Ada begitu banyak kebutuhan yang tidak pernah dapat sepenuhnya diatasi, namun sedang diprioritaskan saat ini… dan semoga akan terwujud,” ujar Peeperkorn.

Namun, ia juga menambahkan bahwa lembaga-lembaga bantuan harus berhati-hati dalam membangkitkan harapan yang berlebihan.

Menjawab pertanyaan lanjutan tentang apakah ada perubahan dalam aliran bantuan dan misi WHO sejak pengumuman kesepakatan gencatan senjata, Peeperkorn menyebut situasinya ‘masih sama’.

“Saat ini, bantuan yang masuk ke Gaza masih lambat,” katanya, seraya mendesak agar hal itu ‘pasti’ akan berubah dalam beberapa pekan mendatang.

Pada Rabu (15/1/2025), Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengumumkan keberhasilan mediator mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza, dengan implementasi yang dijadwalkan mulai Minggu, 19 Januari 2025.

Peeperkorn juga menyoroti kerusakan parah pada sistem kesehatan di Gaza, mendesak upaya kolaboratif untuk memenuhi kebutuhan yang ada.

“Memulihkan sistem kesehatan adalah upaya kolektif yang harus dipandu dan dilaksanakan melalui kolaborasi erat dengan Kementerian Kesehatan, tenaga kesehatan, dan mitra terkait. Kami membutuhkan solusi yang dipimpin oleh Palestina yang sesuai untuk Gaza,” katanya.

WHO juga mendesak para donor dan komunitas global untuk menyediakan pendanaan yang fleksibel, sehingga memungkinkan respons yang cepat dan efektif terhadap kebutuhan mendesak maupun jangka panjang.

“Dibutuhkan lebih dari US$10 miliar [sekitar Rp163,5 triliun] untuk memenuhi kebutuhan pemulihan sistem kesehatan,” tegas Peeperkorn.

“Lingkungan yang kondusif diperlukan untuk mencapai tujuan kemanusiaan yang digariskan dalam kesepakatan gencatan senjata,” tambahnya.

Peeperkorn juga menekankan perlunya jaminan akses yang bebas, tanpa hambatan, dan aman untuk mengirimkan pasokan penting melalui semua saluran dan perbatasan.

Ia pun mengingatkan perlunya pergerakan yang bebas, aman, dan tanpa syarat bagi penduduk Gaza serta pekerja kemanusiaan, perlindungan aktif terhadap fasilitas kesehatan dan warga sipil, serta peningkatan aliran bantuan.

Selain itu, ia menyebutkan perlunya percepatan penerbitan visa bagi seluruh staf kemanusiaan internasional dengan durasi yang jauh lebih lama, dan evakuasi medis yang dipercepat untuk lebih dari 12.000 pasien beserta pendampingnya.

Peeperkorn juga menegaskan perlunya penghapusan pembatasan, serta penyederhanaan proses persetujuan untuk masuknya barang-barang penting yang dibutuhkan guna memperbaiki infrastruktur vital, perbaikan fasilitas kesehatan, perbaikan jalan, pembersihan puing-puing, dan penanganan amunisi yang tidak meledak.

Exit mobile version