
INILAHSULSEL.COM – Beredar viral di media sosial yang mengabarkan seorang wanita di Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan terpaksa melahirkan di pinggir jalan disebuah hutan lantaran minimnya fasilitas kesehatan.
Salah satu yang membagikan informasi itu adalah akun instagram @infotoraja, dengan menuliskan bahwa peristiwa menyedihkan itu terjadi pada Sabtu, 11 Mei 2024.
Dalam narasinya juga disebutkan bahwa awalnya, wanita hamil tersebut dibawah ke Puskesmas Lekke Simbuang untuk menjalani proses persalinan.
Namun tim medis memilih merujuknya ke rumah sakit di Kota Makale karena fasilitas kesehatan tidak memadai di Puskesmas.
Dalam perjalanan, wanaita hamil tersebut menjerit untuk melahirkan. Petugas kesehatan Puskesmas terpaksa melakukan proses persalinan menggunakan alat seadanya.
Beberapa saat kemudian bayi dari ibu tersebut lahir, namun nahas bayi tersebut dinyatakan meninggal dunia beberapa saat setelah dilahirkan.
Jasad bayi kemudian dibawah kembali oleh pihak keluarga ke kampung halamannya.
Sedangkan ibunya kembali dibawah ke Puskesmas Lekke untuk mendapat perawatan medis.
“Awalnya di Puskesmas Lekke namun tidak memungkinkan untuk bersalin karena peralatannya tidak memadai sehingga petugas hendak merujuknya ke RS yang ada di Kota Makale,” kata warga setempat, Daniel Minggu (12/5/2024).
Dikatakan, jarak tempuh dari Simbuang ke Kota Makale memakan waktu yang cukup lama. Belum lagi harus melalui medan yang berat.
Tak sampai disitu, rombongan pembawa ibu hamil terhalang material longsor yang sudah sepekan lebih menutup akses jalan.
Menanggapi kabar tersebut, salah satu kerabat wanita nahas itu mengatakan bahwa, peristiwa tragis yang dialami saudaranya itu adalah benar.
“Iya, benar. Kejadian itu terjadi di pinggir jalan,” ujar sepupu Maru’, Demianus, pada hari Minggu (12/5/2024).
Demianus menceritakan bahwa sebelumnya saudaranya sedang dirawat di Puskesmas Lakke’, Kecamatan Simbuang, Tana Toraja, pada hari Sabtu (11/5).
Namun, pihak perawat memberitahu bahwa kelahiran saudaranya tidak dapat dilakukan secara normal dan harus segera dirujuk ke rumah sakit di Kota Makale.
“Sebenarnya, Maru’ sudah berada di Puskesmas, tapi setelah diberitahu oleh perawat bahwa kelahiran tidak bisa dilakukan secara normal, mereka pun merujuknya ke RSUD Makale. Namun, satu-satunya dokter di Puskesmas tersebut telah pergi ke Makale sejak tanggal 28 Maret dan tidak pernah kembali,” ungkapnya.
Hal ini membuat keluarga segera mengambil tindakan untuk membawa Maru’ ke Kota Makale agar bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Namun, kondisi infrastruktur jalan yang buruk di Kecamatan Simbuang memaksa mereka untuk menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi.
“Karena kondisi jalan di Simbuang masih sangat buruk, ditambah lagi mobil tidak bisa lewat karena longsor kemarin, jadi keluarga bersama dua perawat yang ikut antar memutuskan untuk menggunakan sepeda motor,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa proses pengantaran menuju Kota Makale memakan waktu sekitar 1,5 jam. Namun, saat dalam perjalanan itu, Maru’ tidak bisa menahan lagi untuk melahirkan, sehingga mereka terpaksa melakukan persalinan di pinggir jalan dengan alat dan peralatan yang terbatas.
“Mereka terpaksa berhenti di pinggir jalan karena Maru’ sudah tidak bisa menahan lagi. Jadi proses persalinan dilakukan dengan menggunakan peralatan yang tersedia,” lanjutnya.
Namun, sayangnya, saat Maru’ melahirkan, bayinya tidak bisa diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia. Setelah itu, keluarga memutuskan untuk kembali ke Puskesmas agar Maru’ bisa mendapatkan perawatan yang diperlukan.
“Bayinya meninggal dunia, tapi ibunya selamat. Keluarga memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan langsung kembali ke Puskesmas karena Maru’ membutuhkan perawatan cepat setelah melahirkan di pinggir jalan,” tambahnya.