Usai BI Rate Turun, Rupiah Semakin Babak Belur

Saat penutupan perdagangan Jumat (17/1/2025), nilai tukar (kurs) mata uang Garuda alias rupiah terhadap dolar AS (US$), merosot 4 poin atau setara 0,02 poin menjadi Rp16.830/US$.
Dibandingkan penutupan kemarin (Kamis, 16/1/2025), rupiah bertengger di level Rp16.826/US$. Itu berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS menguat 0,21persen ke level 109,19.
Pelemahan rupiah ini, tak sejalan dengan keyakinan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo saat menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 poin menjadi 5,75 persen, Rabu (15/1/2025).
Kala itu, Perry mengaku mampu ‘menerawang’ pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Itulah alasan kenapa BI berani turunkan BI rate. Nyatanya, rupiah semakin babak belur.
“Nilai tukar rupiah tetap terkendali di tengah ketidakpastian global yang tinggi, didukung oleh kebijakan stabilisasi BI,” ucap Perry.
Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini, kata dia, relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing melemah 1,20 persen, 1,33 persen dan 1,92 persen.
“Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik,” tutur Perry.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pelemahan rupiah, belakangan ini.
Dari luar negeri, misalnya, data inflasi consumer price index (CPI) di AS periode Desember 2024, terbaca lebih rendah dari ekspektasi. Di mana, CPI utama sesuai dengan estimasi, sementara CPI inti hanya meleset dari ekspektasi.
Rendahnya data CPI ini, memicu peningkatan taruhan bahwa pelonggaran inflasi AS akan mendorong The Fed memangkas suku bunga tahun ini. Bank sentral AS diproyeksikan akan memangkas suku bunga dua kali pada 2025.
Dari dalam negeri, BI memrediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 bergerak di angka 4,7 persen-5,5 persen. Angka tersebut lebih rendah ketimbang ekspektasi sebelumnya di level 4,8 persen-5,6 persen. “Karena mencermati kondisi dinamika ekonomi global yang bergejolak,” ungkapnya.