Market

Uni Eropa Wacanakan Badan Alternatif Pengganti WTO Hadapi Kebijakan Perdagangan Trump


Uni Eropa sedang mempertimbangkan pembentukan mekanisme penyelesaian sengketa baru untuk menjaga tatanan perdagangan global sebagai alternatif menggantikan peran Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Hal dipicu kebijakan Presiden AS Donald Trump meningkatkan tarif dan semakin melemahkan WTO.

Trump terus melakukan serangan terhadap sistem perdagangan multilateral, termasuk penolakannya untuk menunjuk hakim pada Badan Banding WTO, yang membuatnya tidak beroperasi sejak 2019. Amerika Serikat juga telah mengenakan tarif sepihak pada baja, aluminium, dan barang-barang Uni Eropa lainnya. Tindakan ini dinilai menentang prosedur WTO. Apalagi AS baru-baru ini mengancam akan meningkatkannya menjadi tarif menyeluruh sebesar 10% pada semua impor Uni Eropa paling lambat 9 Juli.

Financial Times Jumat (27/6/2025) melaporkan, para pemimpin Eropa berkumpul di Brussels Kamis kemarin untuk mengoordinasikan tanggapan. Selain mengelola risiko langsung dari tindakan perdagangan balasan, UE melihat perlunya membentuk kembali masa depan tata kelola perdagangan global.

Baca Juga:  Agar Kualitas Mampu Bersaing, KKP Ajak Investor Kembangkan Industri Garam di Indonesia

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengusulkan aliansi antara UE dan 11 negara CPTPP (Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik) untuk menciptakan lembaga paralel untuk memenuhi fungsi penyelesaian sengketa yang tidak dapat lagi dilakukan WTO.

“Negara-negara Asia ingin memiliki kerja sama terstruktur dengan UE, dan UE menginginkan hal yang sama,” kata von der Leyen. “Kita dapat menganggap ini sebagai awal dari perancangan ulang WTO . . . untuk menunjukkan kepada dunia bahwa perdagangan bebas dengan sejumlah besar negara dapat dilakukan berdasarkan aturan.” Dia menolak mengatakan apakah Amerika Serikat akan diundang untuk bergabung dengan kerangka kerja baru tersebut.

Kanselir Jerman Friedrich Merz mendukung usulan tersebut, setelah melakukan percakapan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. “WTO tidak berfungsi lagi,” kata Merz. “Tidak bisakah kita secara bertahap membangun sesuatu dengan mitra dagang kita di seluruh dunia menggantikan apa yang sebenarnya sudah kita bayangkan dengan WTO, yaitu mekanisme penyelesaian sengketa?”

Baca Juga:  DPR Desak Pemerintah Perkuat Cadev Antisipasi Risiko Ekonomi Imbas Gejolak Geopolitik

Dampak Tarif

Uni Eropa dan 28 negara lainnya, termasuk China, telah menyiapkan mekanisme sengketa sementara yang dikenal sebagai Multi-Party Interim Appeal Arbitration Arrangement (MPIA), tetapi mekanisme ini tidak memiliki kekuatan penegakan dan legitimasi global seperti WTO.

Sementara itu, Komisi Eropa menyampaikan rancangan proposal perdagangan yang diterima dari Amerika Serikat kepada para pemimpin Uni Eropa. Meskipun sebagian besar negara anggota mendukung negosiasi kesepakatan cepat untuk menghindari eskalasi tarif, beberapa pemerintah menyatakan kekhawatiran atas usulan tarif menyeluruh sebesar 10% yang diajukan Trump. “Kami bersiap menghadapi kemungkinan tidak tercapainya kesepakatan yang memuaskan,” kata von der Leyen. “Semua opsi masih tersedia.”

Langkah-langkah perdagangan Trump telah menimbulkan dampak buruk. Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa melambat. Komisi Eropa menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk zona euro pada 2025 menjadi 0,9%, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,3%. Analis memperingatkan bahwa tarif AS yang berkelanjutan dapat mengurangi PDB Uni Eropa hampir 1% dan secara tidak proporsional merugikan ekonomi manufaktur seperti Jerman.

Baca Juga:  Dana PMN untuk Suntik BUMN di Era Jokowi 7 kali Era SBY, Kini Dicabut Presiden Prabowo

Back to top button