Trump Umumkan Pertukaran Tahanan Terbesar antara Kyiv dan Moskow

Presiden AS Donald Trump Jumat (23/5/2025) mengumumkan pertukaran tahanan massal antara Rusia dan Ukraina, yang akan menjadi terbesar dalam tiga tahun perang. Kyiv dan Moskow akan menukar masing-masing 1.000 orang dalam kesepakatan yang disetujui pada pembicaraan di Istanbul minggu lalu.
Upaya Trump untuk menengahi gencatan senjata dalam konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II sejauh ini tidak berhasil, meskipun ia berjanji untuk segera mengakhiri pertempuran. Negara-negara yang bertikai telah mengadakan pertukaran tahanan secara berkala sejak Rusia melancarkan invasinya pada tahun 2022 tetapi tidak ada yang berskala sebesar ini.
Trump mengatakan di platform Truth Social miliknya bahwa pertukaran tersebut telah “selesai,” tetapi seorang pejabat mengatakan pertukaran tersebut — yang biasanya dirahasiakan hingga selesai dan memakan waktu beberapa jam — masih berlangsung. “Prosesnya masih berlangsung dan pertukaran itu sendiri belum terjadi,” kata pejabat senior yang mengetahui masalah tersebut kepada AFP.
Trump juga mengatakan: “Ini bisa mengarah ke sesuatu yang besar???“
Setelah 39 bulan pertempuran, ribuan tawanan perang ditahan kedua negara. Rusia diyakini memiliki porsi yang lebih besar, dengan jumlah tawanan Ukraina yang ditahan Moskow diperkirakan antara 8.000 hingga 10.000.
Kyiv dan Moskow saling menuduh satu sama lain melanggar Konvensi Jenewa tentang perlakuan terhadap tawanan perang, sementara PBB mengatakan bahwa tawanan dari kedua belah pihak telah menjadi sasaran penyiksaan dan perlakuan buruk.
Rusia dituding secara teratur melanggar norma-norma internasional dengan mengadili tawanan perang. Tuduhan penyiksaan tersebar luas dan beberapa tawanan Ukraina dipastikan meninggal dalam tahanan. Pasukan Moskow juga diyakini telah membawa sejumlah warga sipil Ukraina yang tidak diketahui jumlahnya ke Rusia selama tiga tahun merebut kota-kota negara tetangganya itu.
Moskow tahun ini mengembalikan jenazah jurnalis Viktoria Roshchyna, yang meninggal saat ditawan. Warga Ukraina yang diadili telah menceritakan kepada pengadilan Rusia bahwa mereka mengalami dan menyaksikan penyiksaan di sistem penjara Rusia yang terkenal kejam.
Komisaris Urusan Orang Hilang Kyiv, Artur Dobroserdov, mengatakan kepada media Ukraina bulan lalu, ada lebih dari 60.000 orang hilang. “Sekitar 10.000 orang dipastikan masih ditawan,” katanya.
Sebagian besar pasukan Ukraina ditawan selama pengepungan Mariupol tahun 2022. Selain ribuan warga Ukraina yang ditahan sejak invasi Moskow tahun 2022, Rusia juga menangkap sejumlah warga Ukraina sejak aneksasi Krimea tahun 2014.
Jumlah tawanan perang Rusia di Ukraina diyakini jauh lebih kecil. Zelensky sepanjang perang mendorong penangkapan pasukan Rusia sebagai tawanan untuk pertukaran di masa mendatang.
Ukraina menawan ratusan tentara Rusia selama serangan Kyiv ke wilayah Kursk pada tahun 2024. Mereka juga menawan sejumlah tentara Korea Utara yang bertempur untuk Rusia di Kursk.
Kyiv juga telah memenjarakan sejumlah orang karena diduga bekerja sama dengan pasukan Rusia. Ada spekulasi beberapa dari mereka dapat dimasukkan dalam pertukaran di masa mendatang.
Tahun lalu, seorang pendeta Ortodoks Ukraina yang dipenjara karena membenarkan agresi Rusia dimasukkan dalam pertukaran tahanan dengan Rusia. Rusia mengatakan pada awal Mei bahwa sekelompok warga sipilnya dari wilayah Kursk yang dibawa ke Sumy, Ukraina masih ada di sana.
Satu-satunya saluran komunikasi yang terbuka antara kedua negara tetangga yang bertikai dalam tiga tahun terakhir adalah pada pertukaran tawanan dan jenazah tentara serta pengembalian anak-anak yang dibawa ke Rusia selama invasi Moskow.