Warga Israel menghadiri pemakaman yang tewas akibat perang di wilayah pendudukan pada 17 Oktober 2023. (Foto: AP)
Israel telah mengungkapkan bahwa mereka harus menyediakan perawatan bagi ribuan tentara yang menderita gangguan stres pasca-trauma atau masalah kesehatan mental akibat pengalaman mereka dalam perang di Gaza. Bahkan beberapa di antara pasukan Israel melakukan bunuh diri.
Ibu dari seorang anggota pasukan pendudukan Israel (IOF) yang bunuh diri mengatakan kepada CNN bahwa apa yang dilihatnya di Gaza mungkin telah menghantuinya. Menurut sang ibu, putranya Eliran Mizrahi sekembalinya dari perang menjadi “orang yang berbeda”. Ia mengalami trauma akibat perang di Gaza dan sering melihat darah. “Karena perang ini, saudara laki-laki saya tidak ada di sini lagi,” kata saudara perempuannya.
Mizrahi menghabiskan 186 hari mengoperasikan buldoser D-9 sebelum terluka akibat serangan RPG atau senjata anti-tank yang ditembakkan dari bahu dengan roket berhulu ledak. Setelah ditarik keluar untuk perawatan, ia didiagnosis menderita PTSD atau gangguan stres pascatrauma pada bulan April dan mulai menerima terapi mingguan. Namun Mizrahi memilih bunuh diri.
PSTD merupakan kondisi kesehatan mental yang dapat terjadi pada seseorang setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis seperti perang yang terjadi di Gaza. Peristiwa traumatis tersebut dapat mengancam jiwa atau menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesejahteraan fisik, emosional, atau spiritual.
IOF belum memberikan angka resmi tentang berapa banyak anggota yang telah bunuh diri, tetapi seorang petugas medis mengatakan kepada CNN secara anonim bahwa banyak yang “tidak mempercayai pemerintah saat ini.”
Tentara Israel yang bertempur di Gaza mengatakan kepada CNN bahwa mereka menyaksikan kengerian yang tidak pernah dapat dipahami oleh dunia luar. Data menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga anggota IOF yang telah ditarik dari medan tempur menderita masalah kesehatan mental.
Departemen Rehabilitasi Kementerian Keamanan Israel mencatat bahwa setiap bulan, lebih dari seribu tentara ditarik dari medan tempur untuk mendapatkan perawatan, dengan 35% mengeluhkan kondisi mental dan 27% mengalami “reaksi mental atau gangguan stres pascatrauma.”
Pada akhir 2024, hampir 14.000 tentara Israel yang terluka diperkirakan akan menerima perawatan dengan 40% kemungkinan menghadapi masalah kesehatan mental. Seorang petugas medis IOF mengatakan kepada bahwa beberapa tentara muda mengalami trauma mental dan sering menangis atau menunjukkan tanda-tanda mati rasa secara emosional.
Pihak berwenang Israel telah membatasi akses ke Gaza bagi wartawan asing, sehingga sulit untuk mendokumentasikan penderitaan warga Palestina secara lengkap. Sementara itu, tentara pendudukan Israel berbagi dengan CNN tentang kengerian yang mereka saksikan, mengungkap kebrutalan “perang abadi” Perdana Menteri pendudukan Netanyahu.
Co-driver buldozer yang digunakan Mizrahi, Guy Zaken, mengungkapkan bahwa “kami melihat hal-hal yang sangat sulit diterima.” Zaken mengatakan dia tidak bisa lagi makan daging, karena mengingatkannya pada pemandangan mengerikan yang disaksikannya dari buldosernya di Gaza, dan kesulitan tidur di malam hari, karena suara ledakan terngiang di kepalanya.
“Ketika Anda melihat banyak daging di luar, dan darah… baik darah kita maupun darah mereka, maka itu benar-benar memengaruhi Anda saat Anda makan,” katanya.
Sementara itu, petugas medis yang berbicara kepada CNN dengan syarat anonim mengakui adanya rasa tidak percaya terhadap warga Palestina di Gaza pada awal perang, tetapi kemudian sikap itu berubah ketika ia benar-benar melihat warga sipil Gaza di depan mata.
Ahron Bregman, seorang ilmuwan politik di King’s College London yang sebelumnya bertugas di IOF, menyebut perang ini tidak seperti perang-perang lain yang pernah dilakukan Israel. Perang ini sangat panjang dan “perkotaan”, yang berarti bahwa para prajurit bertempur di tengah-tengah banyak orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Bregman bertanya lebih lanjut, “Bagaimana Anda bisa menidurkan anak-anak ketika, Anda tahu, Anda melihat anak-anak terbunuh di Gaza?”
Surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa 10 tentara bunuh diri antara 7 Oktober dan 11 Mei, menurut data militer. Ketika CNN menanyakan tentang jumlah bunuh diri di IOF sejak perang, Uzi Bechor, seorang psikolog dan komandan Unit Respons Tempur IOF, mengungkapkan bahwa tidak diizinkan untuk membocorkan angka-angka tersebut dan mengklaim tingkat bunuh diri di IOF stabil.
Pada 2021, bunuh diri menjadi penyebab utama kematian di kalangan militer, dengan sedikitnya 11 tentara dilaporkan telah bunuh diri, menurut Times of Israel.